Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap bandar narkoba jaringan internasional Dewi Astutik yang terlibat kasus penyelundupan dua ton sabu senilai Rp5 triliun.
Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto mengatakan pelaku ditangkap pada Senin (1/12), saat sedang bersama seorang pria di area lobi hotel di Sihanoukville, Kamboja.
"Tersangka ditangkap berada dalam kendaraan Toyota Prius berwarna putih, usai keluar dari salah satu hotel di Sihanoukville, Kamboja," jelasnya dalam konferensi pers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut CNNIndonesia.com rangkum fakta-fakta penangkapan Dewi Astutik:
Suyudi menjelaskan bandar besar tersebut tidak melawan saat digelandang oleh petugas. Dewi juga dinilai kooperatif untuk menyampaikan keterangan dalam pemeriksaan pascapenangkapan.
"Target kita amankan tanpa perlawanan dan cukup kooperatif dan laki-laki yang bersangkutan saat ini masih dilakukan pendalaman," katanya.
Kepala Kantor Bea Cukai Soekarno-Hatta, Gatot Sugeng Wibowo menyebut sosok Dewi berhasil diketahui lewat pengungkapan kasus penyelundupan 2,3 kilogram heroin yang berhasil digagalkan.
"Kami pernah menggagalkan penyelundupan kokain atau heroin 2,3 kilogram dari kiriman tersangka DA ini," jelasnya.
Ia menjelaskan dari pengungkapan itulah pihaknya berhasil mengidentifikasi sosok Dewi Astutik yang menjadi bandar atau dalang peredaran narkotika dari Kamboja.
Suyudi mengatakan bandar Dewi Astutik beroperasi mengedarkan barang haram narkotika tersebut ke negara Indonesia hingga Brasil.
Akibat perbuatannya itu, kata dia, sosok Dewi yang bernama Paryatin bahkan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) yang diterbitkan oleh Korea Selatan.
"Indonesia, Laos, Hongkong, Korea, Brasil, Ethiopia, dan dari pendalaman didapatkan info benar Paryatin alias Dewi Astutik merupakan DPO Korea Selatan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (3/12).
Suyudi menjelaskan Dewi sudah beroperasi di wilayah Golden Triangel (Thailand, Myanmar, Laos) sejak 2023. Dewi, kata dia, juga berperan merekrut anggota untuk jaringan perdagangan narkotika di negara-negara Asia Afrika.
"Kurir-kurir Paryatin alias Dewi beroperasi di negara antara lain: Indonesia, Laos, Hongkong, Korea, Brasil, Ethiopia," jelasnya.
Suyudi mengatakan mayoritas yang dipekerjakan Dewi merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang tidak memiliki pekerjaan di Kamboja.
"Paryatin khusus merekrut WNI yang jobless di Kamboja serta kawan-kawan kurir yang bersedia bergabung dengan Paryatin alias Dewi," tuturnya.
Lebih lanjut, ia menyebut saat ini pihaknya masih mendalami keterlibatan jaringan Dewi dengan buron narkoba Freddy Pratama yang juga beroperasi di Indonesia-Kamboja.
"BNN turut berkolaborasi bersama Polri dan Bea Cukai guna mendalami operasi jaringan FP," katanya.