15 WN China Penyerang TNI Pegang KITAS Disponsori Perusahaan
Setidaknya 15 Warga Negara Asing (WNA) asal China menyerang warga sipil dan TNI dengan senjata tajam dan air softgun di kawasan tambang emas di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar) akhir pekan lalu.
Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Ketapang menjabarkan 15 WN China itu merupakan pemegang Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas). Belasan WN China itu memiliki Kitas dengan sponsor perusahaan.
Kitas adalah dokumen izin tinggal sementara yang wajib dimiliki WNA untuk tinggal legal di Indonesia. Adapun tujuan izinnya seperti bekerja, sekolah, investasi, atau menikah dengan WNI.
"15 WNA tersebut adalah pemegang KITAS dengan sponsor PT SRM," kata Kepala Seksi Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian (Kasi Tikim) Kantor Imigrasi Ketapang, Ida Bagus Putu Widia, Senin (15/12) seperti dikutip dari detikKalimantan.
Kitas itu memberikan WNA hak hukum dan perlindungan untuk jangka waktu tertentu. Biasanya jangka waktu Kitas adalah 6 bulan hingga 2 tahun, dan dapat diperpanjang. Fungsi Kitas mencakup izin tinggal resmi, izin kerja, izin belajar, hingga izin untuk keluarga WNI, memfasilitasi aktivitas legal WNA di Indonesia.
Ida Bagus menegaskan Imigrasi Ketapang tak tinggal diam menyikapi kabar penyerangan oleh WN China di kawasan dekat perusahaan pertambangan emas PT Sultan Rafli Mandiri (PT SRM) di Kabupaten Ketapang.
"Untuk saat ini mereka (15 WN China) masih ditangani oleh Polres Ketapang dan kita siap support aparat penegak hukum terkait pelanggaran yang dilakukan orang asing," ucapnya.
Ia juga memastikan, Tim Intelijen dan Penindakan Keimigrasian (Inteldakim) selalu memantau dan memonitor keberadaan orang asing. Langkah yang sudah dilakukan yakni pengawasan di wilayah kerja Imigrasi Ketapang dan melalui Wadah TIMPORA (Tim Pengawasan Orang Asing).
"Kami juga sering melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum setempat untuk deteksi dini pelanggaran Keimigrasian dan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia karena WNA wajib mematuhi peraturan di Indonesia," katanya.
Sebelumnya, belasan WN China itu menyerang lima anggota TNi dan satu warga sipil yang bekerja sebagai tenaga pengaman di kawasan tambang emas PT SRM di Ketapang, Minggu (14/12) sore lalu.
Mobil milik perusahaan dan sepeda motor milik karyawan PT SRM dirusak para WN China yang berbekal senjata tajam (sajam) dan airsoftgun. Dugaan sementara, kejadian dipicu atas ketika empat WN China menerbangkan drone didatangi tenaga pengamanan PT SRM dan lima anggota TNI yang sedang melakukan latihan di sana.
Saat dikejar dan minta penjelasan terkait penerbangan drone, sebelas WN China lainnya datang membawa senjata tajam hingga soft gun dan melakukan penyerangan.
Chief Security PT SRM, Imran Kurniawan mengatakan kendaraan properti perusahaannya yakni sebuah mobil dan motor rusak akibat peristiawa itu.
"Saat anggota pengamanan kami dan anggota TNI turun dari kendaraan, tiba-tiba datang sebelas WN China lainnya. Mereka membawa empat bilah sajam [senjata tajam] dan air softgun, serta alat setrum," kata Imran, Minggu (14/12)/
Sementara itu, Kapolsek Tumbang Titi, Iptu Made Adyana membenarkan peristiwa tersebut. Ia menyatakan situasi sudah kondusif.
"Sampai dengan saat ini situasi kondusif," ucap dia akhir pekan lalu.
Mengutip dari detik.com, hingga Senin kemarin, Kapolres Ketapang AKBP Muhammad Harris mengatakan, hingga saat ini belum ada pihak yang membuat laporan resmi ke Polres Ketapang. Baik dari korban penyerangan dari unsur sipil, TNI maupun perusahaan.
"Kami proses klarifikasi terlebih dulu, karena belum ada laporan (LP) resmi baik ke polsek maupun polres," kata Harris.
Sementara itu, TNI AD mengungkap kronologi penyerangan yang dilakukan 15 Warga Negara Asing (WNA) asal China terhadap 4 anggota Batalyon Zipur 6/SD, di Ketapang, Kalimantan Barat.
Kapendam XII/Tanjungpura, Kolonel Inf Eko Wardono menyebut insiden ini terjadi pada Minggu kemarin di PT SRM. Pada saat bersamaan prajuritnya sedang melaksanakan Latihan Dalam Satuan.
Eko menjelaskan ketika itu anggota yang sedang latihan mendapatkan informasi dari pihak keamanan terlihat drone terbang di seputaran area latihan.
"Selanjutnya anggota melakukan pengejaran serta mendatangi lokasi orang yang mengopersional drone, ternyata drone tersebut dioperasionalkan 4 orang WNA asal Beijing," jelasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (16/12).
Ia mengatakan pada saat itu anggota berupaya meminta keterangan dari keempat WNA terkait alasan penerbangan drone. Akan tetapi, Eko menyebut secara tiba-tiba muncul 11 WNA lainnya dan langsung menyerang anggota dengan senjata tajam, airsoft gun dan alat setrum.
Eko menjelaskan dengan kondisi yang tidak seimbang, anggota tersebut langsung kembali ke area perusahaan untuk menghindari kemungkinan terburuk. Ia memastikan tidak ada korban jiwa maupun luka dari anggota TNI dalam insiden tersebut.
"Motif penyerangan dan penerbangan drone ini masih didalami. Kerugian materiil akibat penyerangan itu berupa kerusakan berat pada 1 unit Mobil Perusahaan jenis Hilux dan 1 unit sepeda motor vario milik karyawan PT SRM," katanya.
Baca berita lengkapnya di sini.
(kid/gil)