Toronto, CNN Indonesia -- Tidak ada rencana untuk memboikot Piala Dunia Wanita tahun depan, namun para pemain akan mengajukan tuntutan hukum prihal aksi diskriminasi gender seandainya mereka dipaksa untuk bermain di atas rumput buatan. Demikian diujarkan para penuntut.
Nadine Angerer, pemain terbaik FIFA saat ini yang juga satu dari 40 pesepakbola wanita internasional yang menuntut federasi sepakbola tertinggi di dunia dan juga Asosiasi Sepakbola Kanada, CSA, berkata bahwa tidak ada aksi untuk memboikot turnamen tersebut.
"Fokus kami saat ini adalah pada tuntuan hukum. Kami tak berbicara tentang hal lain di luar itu," ujar Angere, yang menolong Jerman memenangkan dua piala dunia kepada wartawan pada sebuah sesi konfrensi wartawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"FIFA dan CSA seharusnya memberikan kesempatan terbaik pada kami. Namun kami tak pernah sekali pun berbicara tentang memboikot Piala Dunia.
Meski babak kualifikasi untuk turnamen yang berlangsung 5 Juni - 6 Juli itu terus berlangsung, aksi paling panas justru berlangsung di luar lapangan.
Pada Rabu (1/10) lalu, mereka memasukkan tuntutan hukum pada Tribun Hak Asasi Manusia Ontario, dan mengklaim bahwa Federasi Asosiasi Sepakbola Internasional, FIFA, dan CSA melakukan tindakan diskriminasi kepada wanita dengan mengadakan pertandingan di lapangan rumput buatan yang bisa menimbiulkan cedera.
Putaran final Piala Dunia yang dilangsungkan setiap empat tahun, baik untuk pria maupun wanita, selalu dimainkan di atas lapangan rumput asli.
"Kami merasa bahwa ini adalah kasus dikriminasi," ujar David Wright, satu pengacara Kanada yang mewakili koalisi para pemain. "IFA dan CSA memperlakukan wanita berbeda dengan cara mereka memperlakukan laki-laki. Intinya adalah itu.
"Secara mendasar, ini adalah masalah memperlakukan wanita dengan buruk. Para pesepakbola pria elit bermain di atas rumput, sementara para pesepakbola wanita seolah diberi tahu bahwa lapangan rumput buatan sudah cukup baik untuk mereka."
Para pemain sedang menuntut agar rumput alami bisa dipasang di stadion-stadion tempat Piala Dunia Wanita diselenggerakan di Ottawa, Vancouver, Edmonton, Winnipeg, Montreal, dan Moncton.
Pengacara para pemain berkata bahwa jika dipasang rumput asli, maka biaya penyelenggaraan akan meningkat dari 2 juta dollar ke 3 juta dollar.
Para pemain telah meminta agar diadakan sidang dengan pengadilan direncanakan pada 26 November, namun Hampton Dellinger, pengacara untuk koalisi, berharap FIFA akan mempertimbangkan kembali posisi mereka.
Meski demikian, FIFA tidak menunjukkan tanda-tanda akan bernegosiasi.
Kepala kompetisi Wanita FIFA Tatjana Haenni minggu lalu berujar bahwa tidak ada rencana B dan turnamen tetap akan diselenggarakan di lapangan rumput buatan.
Kecuali pengadilan memaksa FIFA untuk beralih ke lapangan sintetis, para pemain mengakui bahwa mereka tidak memiliki faktor yang mendukung mereka, jika tidak melakukan ancaman boikot.
"Para wanita bahkan akan bermain di lapangan dari pecahan kaca dan paku untuk Piala Dunia. Mereka sangat bersemangat, berdedikasi, dan tangguh secara mental. Dan itu masalahnya," ujar Carrie Serwetnyk, mantan pemain tim nasional Kanada dan pesepakbola wanita pertama yang dimasukkan ke dalam daftar Pemain Terbaik Kanada.
"Kami tahu para wanita akan tetap menerima tantangan ini. CSA dan FIFA tahu bahwa mereka tidak mungkin melakukan hal ini pada pria. Para pesepakbola pria akan memboikot. Dan ini tidak akan pernah akan terjadi."
"Tentu saja kami (para wanita) akan datang dan bermain. Namun bukan turnamen seperti itu yang kami inginkan untuk Piala Dunia."