GRAZIANO PELLE

Sang Bintang yang Terbuang dari Italia

CNN Indonesia
Rabu, 22 Okt 2014 08:37 WIB
Di Liga Inggris dan Liga Belanda, Graziano Pelle mencuri perhatian dan menjadi bintang. Namun, siapa sangka dia justru tersingkir di rumahnya sendiri, Italia.
Graziano Pelle (17) memulai debut telat bersama tim nasional senior Italia pada usia 29 tahun 91 hari. (REUTERS/Darrin Zammit Lupi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Graziano Pelle memulai minatnya terhadap sepak bola di sebuah lapangan kecil dekat rumah di kota kelahirannya, San Cesario, Lecce, Italia selatan.
 
Uniknya setiap kali mencetak gol, Pelle tidak mengikuti gaya-gaya selebrasi tenar ala para penyerang bintang Liga Italia di dasawarsa 1990an.
 
Lupakanlah gaya selebrasi khas Gabriel 'Batigol' Batistuta, Christian 'Bobo' Vieri, Oliver Bierhoff, atau bahkan Roberto Baggio dan Alessandro Del Piero.  
 
Pelle kecil saat itu lebih menyukai selebrasi ala mantan kapten timnas Inggris Alan Shearer.
 
Bocah kelahiran San Cesario 15 Juli 1985 itu ingin menjadi penyerang seperti Shearer yang dinilainya memiliki sundulan tajam dan tembakan geledek.
 
Oleh karena itu, ketika ikut menyumbang dua gol saat Southampton berpesta gol atas Sunderland akhir pekan lalu, Pelle kembali melakukan selebrasi khas Shearer.
 
Ia berlari ke pinggir lapangan sambil menyapa para pendukung Southampton.

"Gol ketika menang melawan Sunderland mengingatkan saya ketika masih kecil," ujar Pelle mengenang dua golnya ke gawang Sunderland akhir pekan lalu.

Kebetulan pula klub yang dibela Pelle saat ini merupakan klub asal idolanya, Shearer.
 
Sebelum matang bersama Blackburn Rovers dan Newcastle United, Shearer memulai karir senior sebagai penyerang Southampton pada 1988. Kurun waktu empat musim membela Southampton, Shearer bermain 118 kali dan mencetak 23 gol.
 
Pelle yang ditarik Southampton dari Feyenoord dengan harga 8 juta poundsterling itu mengaku sudah betah bermain di klub barunya di Inggis. Apalagi ia melihat banyak anak-anak yang mulai menjadikan dirinya sebagai model untuk ditiru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia tahu betul tentang kualitas dirinya dan... Apa yang anda perlukan untuk bermain baik (sebagai striker) di Liga Inggris--Kamu harus lebih tajam dari menit awal sampai menit akhir," kata Manajer Southampton Ronald Koeman seperti dilansir Reuters pada 19 September lalu, "Anda memerlukan 100% dan dia melakukan itu. Kualitas, kekuatan pemain, itu yang ia tunjukkan."

Ketika Koeman diwawancara, Pelle juga baru menyumbang 2 gol yang membawa Southampton menang 4-0 atas Newcastle.

"Oke, kita sebaiknya tidak membandingkan dirinya dengan pemain 20 tahun, karena mereka masih bisa berkembang lebih lama, sedangkan dia 28, 29 tahun," ujar Koeman lalu tersenyum saat itu. "Dia masih bisa seperti ini sampai tiga atau empat tahun lagi."
 
Terseok di Negeri Sendiri, Melejit di Negeri Orang
 
Musim ini Pelle menjadi bintang baru di Inggris. Ia pun menjadi bintang baru di tim nasional Italia setelah mencetak gol debut ke gawang Malta dalam laga kualifikasi piala Eropa, 13 Oktober 2014.
 
Gol debut itu pun menjadi gol semata wayang bagi kemenangan tim Azzuri.

"Jika Anda dapat menunjukkan kualitas di Liga Inggris, tentu saja anda akan cukup baik menjadi bagian dari skuat Italia," kata Koeman.  
 
Namun Pelle terbilang lambat untuk dipanggil tim nasional senior. Ketika ia diturunkan Antonio Conte untuk menjadi ujung tombak menghadapi Malta usianya sudah 29 tahun 91 hari.
 
Padahal, pria yang mengawali karir bersama Lecce itu merupakan bagian dari timnas U-20, U-21, hingga U-23 (Olimpiade).
 
Bukan hanya di timnas Italia, Pelle juga tidak memiliki perjalanan karir yang memuaskan di negeri sendiri. Dirinya justru mendulang kesuksesan di negara orang.
 
Ia telah membuktikannya di Belanda bersama AZ Alkmaar dan Feyenoord. Kini ia menapaki kesuksesan baru bersama Southampton. Dari delapan pertandingan bersama Southampton, Pelle telah mencetak 6 gol.
 
Saat bermain di Belanda, Pelle mencetak 50 gol dari 57 penampilan selama dua musim bermain bersama Feyenoord. Pada musim pertama bermain di Rotterdam, Pelle bahkan mencetak 27 gol dari 29 penampilan.
 
Aksi apiknya dilanjutkan di musim kedua, 2013-2014. Pelle yang telah dikontrak permanen Feyenoord dari Parma bermain 28 kali dan mencetak 23 gol.
 
Dua tahun sebelumnya, Pelle bermain bersama AZ Alkmaar selama empat musim, 2007-2011. Pelle tercatat bermain 78 kali dan mencetak gol 14 kali.
 
Torehan memuaskan Pelle di luar negeri, berbanding terbalik dengan pencapaiannya saat bermain di tanah air.
 
Mengawali karir di Lecce pada tahun 2004, Pelle dipinjamkan ke klub di divisi bawah yakni Catania (2005), Crotone (2006), dan Cesena (2006-2007).
 
Setelah empat musim bermain di Belanda, AC Parma mengontrak Pelle pada musim 2011. Pelle bermain 12 kali untuk Parma dan mencetak satu gol. Ia lalu dipinjam ke Sampdoria pada bursa transfer Januari 2012.
 
Pelle bermain 12 kali dan mencetak empat gol untuk Sampdoria. Ia lalu dipinjamkan Parma ke Feyenoord pada musim 2012-2013.
 
Secara keseluruhan dari awal karir, Pelle hanya mencetak 21 gol dari 115 kali penampilan bersama tim Italia. Di sisi lain, ia sudah mencetak 70 gol dari 143 penampilan bersama tim di luar Italia sampai saat ini.
 
Sentuhan Van Gaal

Bukan Ronald Koeman yang membesarkannya di Feyenoord dan membawanya ke Southampton. Bukan juga Antonio Conte yang memanggilnya untuk memulai debut timnas senior. Menurut Ayah Pelle, Roberto, anak laki-lakinya itu patut berterima kasih kepada Manajer Manchester United saat ini, Louis van Gaal.

Ketika awal karir Pelle buram, pada 2007 Van Gaal menarik anak muda Italia bergabung ke AZ Alkmaar. Jika saat itu tidak ke Belanda, kata Roberto, mungkin anaknya hanya menjadi penjual kopi di Lecce.

"Dia kini bisa merealisasikan mimpinya, setelah kecewa tidak terlibat dalam Piala Dunia di Brasil Akhirnya ada orang lain yang memerhatikan seorang anak Italia yang mencetak 64 gol di Belanda," ujar Roberto seperti dikutip surat kabar Italia La Gazzetta dello Sport.

Saking berterima kasihnya pada Van Gaal, Roberto mengatakan anaknya pernah bercerita bahwa Pelle melihat Conte seperti mantan pelatihnya di AZ.

Kini, Pelle telah menembus jajaran bintang dunia dan mampu membeli mobil mewah karya Italia, Ferrari. Namun, bagi Roberto, usia anaknya sudah tidak muda.

Akhirnya sebagai orang tua, Roberto pun menasihati putranya untuk mulai memikirkan masa depan setelah gantung sepatu dan kembali ke rumah di Italia.

"Walaupun dia dapat untuk membeli sebuah Ferrari bagi dirinya sendiri sekarang, saya meminta putra saya untuk memikirkan masa depan..Saya meminta dia berinvestasi pada sebuah rumah di pusat Lecce," kata Roberto menandaskan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER