SISTEM POIN GANDA

Mengenal Sistem Poin Ganda di Balapan Terakhir F1

CNN Indonesia
Minggu, 23 Nov 2014 11:57 WIB
Akibat sistem poin ganda, Lewis Hamilton harus memastikan ia selesai di urutan kedua jika ingin merebut juara dunia, jika Nico Rosberg memenangkan GP Abu Dhabi.
Bernie Ecclestone menyarankan adanya sistem poin ganda untuk menarik perhatian penonton kembali ke dunia F1. (Reuters/Lazlo Balogh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada musim-musim biasanya, Lewis Hamilton yang sudah mencatatkan 10 kali kemenangan dalam satu musim bisa memastikan gelar juara dengan hanya finis di urutan keenam atau tujuh di GP terakhir.

Namun, sistem poin ganda yang diterapkan pada musim balapan ini memaksanya untuk selesai di urutan kedua jika saingan terberatnya dalam memperebutkan gelar juara, Nico Rosberg, menjuarai GP Abu Dhabi.

Poin ganda sendiri berarti seluruh pebalap yang menyelesaikan lomba di urutan 1-10 di GP Abu Dhabi akan mendapat poin dua kali lipat dari seharusnya. Sang juara satu akan memperoleh 50 angka, dari biasanya 25 poin di seri-seri balapan sebelumnya, sementara juara dua mendapatkan 36 ketimbang 18.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski mendapatkan kritikan keras, F1 mulai menerapkan peraturan ini pada musim balapan 2014.

Sistem ini diusulkan oleh Bernie Ecclestone, sang pemegang hak komersil Formula 1. Menurut pernyataan yang dikeluarkan Federasi Otomobil Internasional, sistem poin ganda ini dirancang untuk membuat kompetisi berlangsung tetap seru hingga balapan terakhir dan menarik kembali minat para pecinta F1 yang semakin hari kian menurun.

Aturan ini dikenalkan pada akhir 2013 setelah Sebastian Vettel menjadi juara dunia tiga kali berturut-turut. Pada musim balapan lalu, Vettel bahkan memenangi sembilan balapan final, sehingga gelar juara dunia sudah dipastikan pada tiga balapan sebelum musim berakhir.

Dominasi inilah yang ingin dihilangkan FIA sehingga balapan berlangsung lebih seru dan tidak tertebak. Dengan poin ganda, maka di akhir musim peluang juara masih terbuka bagi lebih banyak pebalap.

Semula, Eccleston ingin menerapkan sistem poin ganda ini pada tiga balapan terakhir, yaitu di Austin, Brasil, dan Abu Dhabi. Namun derasnya tentangan dari tim Formula 1 membuat sistem ini hanya ditetapkan pada balapan terakhir, yaitu Abu Dhabi.

Pertarungan dari 2009

Ini bukan pertama kalinya FIA atau Ecclestone mengutak-atik masalah poin untuk penentuan juara.

Pada 2009, ia mengusulkan perubahan yang lebih radikal, yaitu pebalap yang menyelesaikan lomba di urutan satu, dua, dan tiga akan dihadiahi medali emas, perak, dan perunggu. Lalu, juara dunia ditentukan dari pebalap yang mendapatkan medali emas paling banyak dan bukan dari akumulai poin.

Menurut Eccleston, hal ini untuk menghindari pebalap bermain aman dengan melakukan berbagai perhitungan di tiap balapan. Dengan lebih menitikberatkan kemenangan, maka mereka akan lebih terpacu untuk merebut gelar nomor satu dan membuat balapan lebih seru lagi.

"Alasannya adalah karena saya muak semua orang berkata tidak ada lagi salip menyalip. Seorang juara dunia tidak mungkin menjadi juara tanpa berusaha memenangkan lomba," ujar Ecclestone pada 2009.

Namun, aturan yang sempat disahkan ini mendapatkan tentangan dari seluruh tim F1 sehingga dibatalkan. Banyak yang berpendapat bahwa hanya menghargai kemenangan berarti tidak melihat konsistensi pebalap dalam satu musim.

"Bagi tim lainnya, harga satu poin sama dengan harga kemenangan untuk tim McLaren dan Ferrari," ujar Eddie Jordan penemu dari tim konstruktor Jordan.

Jika aturan ini disimulasikan pada balapan-balapan sebelumnya, maka akan ada 13 pemenang baru dalam 58 tahun lintasan sejarah formula satu. Misalnya saja keke Rosberg. Ia tidak mungkin medapatkan gelar juara dunia pada 1982 karena hanya memenangkan satu balapan.  

Meski dibatalkan, usulan Ecclestone ini memiliki dampak pada "inflasi" sistem penilaian. Mulai musim 2010, Formula Satu memberikan nilai 25 pada juara 1 dari semula hanya 10. Sementara itu, juara dua akan mendapatkan 18 (semula 8), dan juara tiga mendapatkan 15 (semula 6).

Jumlah pebalap yang mendapatkan angka pun semakin bertambah. Pada musim balapan 2003-2009, hanya pebalap yang berada di urutan 1-8-lah yang mendapatkan angka, sementara pada 2010 bertambah menjadi 10.

Hal ini lagi-lagi karena adanya penekanan pada kemenangan. FIA ingin menghadiahi juara satu dengan poin lebih banyak agar para pebalap tak bermain aman.

Membatasi Anggaran

Mendapatkan kritikan, aturan poin ganda bisa saja dihapuskan musim depan. Menjelang GP Singapura pada September lalu, ketika ditanya tentang kemungkinan sistem ini masih diterapkan musim depan, Ecclestone hanya menjawab, "Entahlah. Mungkin saja tidak."

"Bagi saya ini cara yang tepat untuk membuat kompetisi tetap terbuka. Jika tidak, pada tiga atau empat balapan terakhir, mereka hanya menjalankan balapan yang tidak kompetitif," katanya pada autosport.com.

Para pemilik tim sendiri memiliki cara berbeda untuk mengatasi masalah Formula satu yang kian tidak menarik, yaitu pembatasan plafon anggaran untuk masing-masing tim. Misalnya saja maksimal 150 juta poundsterling.

Sebenarnya tim-tim kecil mengeluarkan biaya jauh di bawah plafon £150 juta. Namun angka tersebut akan membatasi pengeluaran tim-tim besar seperti Ferrari, Red Bull atau McLarren yang memang mengembangkan mesin sendiri. Tiap musimnya, tim-tim besar mengeluarkan rataan £250 juta.

Dengan batasan tersebut, maka jarak kualitas antar tim bisa direduksi sehingga balapan bisa berlangsung lebih kompetitif.


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER