Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah memastikan diri masuk ke putaran final Piala Asia untuk pertama kalinya, Palestina telah mengalami berbagai rintangan, di antaranya adalah kehilangan pelatih, laga persahabatan dibatalkan, beberapa pemain dilarang untuk berpergian, dan menerima akibat konflik.
Namun, mereka menolak untuk menyerah lebih dini.
Hanya beberapa pihak yang memprediksikan bahwa Palestina akan lolos dari fase grup dengan berhadapan dengan Jepang, Iraq, dan juga Yordania. Namun hal itu tampaknya tidak akan menjadi masalah bagi negara yang memiliki peringkat FIFA 113 tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, mereka telah mencapai kemenangan terbesar mereka -- menunjukkan pada dunia bahwa mereka memiliki tim yang bisa bersaing dengan negara-negara Asia lainnya, meski kondisi dalam negeri morat-marit.
"Ini momen bersejarah bagi kami," ujar pemain depan Ashraf Nu'man kepada situs FIFA.com. "Tujuan kami adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa tim nasional Palestina bisa melangkah ke depan meski dihadapkan dengan berbagai kesulitan."
"Kami ingin menyampaikan pesan bahwa pemain Palestina memiliki hak untuk bermain dan berkembang.
"Lebih jauh lagi, kami ingin membawa senyuman kepada masyarakat Palestina dan membuat penggemar kami bahagia."
"Pertandingan pertama melawan Jepang akan menjadi pertandingan yang sulit, terutama karena Jepang dianggap sebagai salah satu tim terbaik di Asia. Pemain-pemain Jepang lebih baik dari kami."
Sikap yang ditunjukkan oleh Nu'man adalah salah satu alasan Palestina bisa melaju ke putaran final di Australia.
Untuk mendapatkan satu tiket ke Australia, mereka sempat melalui Piala Challange bulan Mei lalu dengan skuat yang compang-camping karena enam pemain mereka dilarang untuk pergi ke luar Palestina.
Kebanyakan dari pemain yang dilarang berpergian tersebut adalah pemain depan. Karena itu, Nu'man yang semula menjadi gelandang kemudian harus menjadi seorang striker.
Ia lalu menjalani peran barunya dengan baik dan menjadi top skor turnamen dengan empat gol. Nu'man juga yang mencetak satu-satunya gol ketika mereka berhadapan dengan Filipina di partai pamungkas, dan akhirnya merebut tiket ke putaran final Piala Asia.
Disambut dengan Masa KelamTiket ke Piala Asia itu hanya menjadi momen kebahagiaan singkat yang lalu disusul oleh masa-masa kelam.
Salah seorang rekan setim Nu'man dan salah seorang pemain terbaik Palestina, Ahed Zaquot, terbunuh oleh bom Israel dalam konflik berkepanjangan yang menewaskan lebih dari 2100 orang Palestina dan 70 orang Israel.
Lalu, sang pelatih, Jamal Mahmoud tiba-tiba mengundurkan diri pada akhir tahun lalu karena urusan pribadi. Asisten pelatih, Ahmed Al Hassan kemudian menggantikan posisi Mahmoud.
Rangkaian kesulitan ini tak berhenti sampai di sini.
Laga persahabatan melawan Iran dibatalkan pada menit-menit akhir karena alasan yang tak bisa dijelaskan, sementara Al Hassan pun tidak bisa memanggil seluruh pemain terbaiknya karena masih ada larangan berpergian.
Meski demikian, Palestina sangat menanti-nanti Piala Asia.
"Ini hal besar karena kehidupan masyarakat Palestina saat ini sedang dilanda kesukaran, dan seluruh cabang olahraga memiliki masalah," ujar Mahmoud.
"(Piala Asia) Untuk mengirimkan pesan ke seluruh dunia bahwa kami bisa bermain sangat baik jika kami mendapatkan ruang, jika kami diizinkan mendapatkan fasilitas, dan jika kami diizinkan untuk bermain ke luar.
"Kami akan mengirimkan pesan -- kami ingin perdamaian."
(vws)