Jakarta, CNN Indonesia -- Penerapan regulasi pembatasan gaji pemain (
salary cap) di pentas Liga Amerika Serikat (MLS) hingga kini masih menjadi dilema. Regulasi itu masih dianggap sebagai penghambat utama MLS tidak dilirik para pesepakbola papan atas dunia.
Salary cap merupakan pembatasan jumlah uang yang dikeluarkan sebuah klub untuk membayar gaji pemain. Regulasi
salary cap adalah sesuatu yang biasa diterapkan di seluruh kompetisi olahraga di AS: NBA, MLB, NHL, dan NFL.
Tahun lalu,
salary cap per satu tim MLS adalah US$3,1 juta atau setara Rp39 miliar. Sedangkan maksimal gaji yang bisa diberikan untuk satu pemain adalah US$387.500 atau setara Rp4,8 miliar per tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggunaan
salary cap sudah diterapkan di MLS sejak 1996. Regulasi itu diterapkan untuk menghindari masalah krisis finansial yang dialami North American Soccer League (NASL) era 1980an.
Ketika itu, klub-klub di NASL bebas mendatangkan pemain-pemain bintang. Pele, Franz Beckenbauer, Carlos Alberto, Giorgio Chinaglia, Johann Cruyff, George Best, dan Rodney Marsh, adalah sejumlah nama tenar yang pernah bermain di NASL.
Namun, pada Maret 1985, NASL terpaksa dihentikan karena hampir seluruh klub mengalami krisis finansial.
DitentangRevolusi di MLS baru terjadi pada 2007, ketika Los Angeles Galaxy merekrut David Beckham yang tidak memperpanjang kontraknya bersama Real Madrid.
Menggunakan regulasi
Designated Player, Beckham menjadi pemain pertama dalam sejarah MLS yang gajinya tidak dibatasi
salary cap. Ketika itu, Beckham mendapat gaji US$6,5 juta per tahun.
Kedatangan Beckham memang menjadi pintu masuknya sejumlah pemain berkualitas ke MLS. Denilson, Fredrik Ljungberg, Rafael Marquez, Robbie Keane, Tim Cahill, dan Thierry Henry, adalah sejumlah contoh papan atas dunia yang masuk ke MLS berkat regulasi
Designated Player.
Sedangkan dalam satu tahun terakhir, pemain bintang yang bergabung ke MLS adalah Ricardo Kaka, David Villa, Jermain Defoe, Gilberto, Clint Dempsey, dan yang teranyar adalah Frank Lampard.
Sayang, kehadiran nama-nama tenar di atas belum cukup mengangkat pamor sepak bola di AS. Beckham, dalam wawancara dengan
beIn Sport, mengatakan,
salary cap harus dihapus dari MLS.
"Kami sedang bekerja keras melakukannya, karena jelas
salary cap adalah salah satu hal yang membuat para pemain dunia tidak mau bermain di sini," ujar Beckham yang akan mengelola klub MLS di Miami mulai 2016.
Setiap tim MLS memang hanya boleh memiliki
Designated Player sebanyak tiga. Namun, hampir seluruh
Designated Player yang saat ini tampil di MLS adalah pemain veteran atau pamornya yang sudah menurun.
Pemain termahal di MLS saat ini adalah Ricardo Kaka, yang mendapat gaji lebih dari US$7 juta dari Orlando City. Kaka merupakan pemain bintang yang masa keemasannya sudah berakhir.
Ambil risikoKomisioner MLS, Don Garber, mengaku sulit bagi pihaknya untuk menghapus pembatasan gaji. Garber mengatakan, manajemen MLS tidak mau mengambil risiko menghilangkan
salary cap dan membuat klub-klub terkena krisis finansial.
"Tidak ada rencana perubahan saat ini. Operator liga saat ini sedang defisit, dan kami sedang berusaha keras untuk mengurangi seluruh kehilangan kami," ucap Garber kepada
ESPN.
Melihat pernyataan Garber, maka sulit bagi MLS untuk bersaing dengan liga-liga besar di Eropa. MLS juga akan terus kalah pamor dengan kompetisi olahraga lainnya di AS.
Predikat 'Surga Pemain Veteran' sepertinya akan terus melekat kepada MLS selama
salary cap tidak dihapus.
Bukti nyata predikat itu adalah rumor kedatangan Steven Gerrard ke Los Angeles Galaxy. Kapten Liverpool itu dikabarkan akan hengkang ke LA Galaxy untuk menggantikan posisi pemain veteran lainnya, Landon Donovan, yang memutuskan pensiun.
(har/har)