Vetriciawizach
Vetriciawizach
Pernah bekerja di Pikiran Rakyat dan menjadi editor di Pandit Football Indonesia. Senang menulis dan menyaksikan Liverpool di layar televisi. Kini menjadi redaktur olahraga CNN Indonesia.
OPINI

Dalam Sepak Bola, Tak Ada yang Benar-Benar Gratis

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Kamis, 08 Jan 2015 22:22 WIB
Pemain gratisan atau free transfer terlihat menarik di atas kertas. Namun, benarkah yang gratis akan memberikan keuntungan secara ekonomis pada klub?
Steven Gerrard akan menjadi pemain LA Galaxy yang direkrut dengan status 'gratis'. (Reuters/Phil Noble)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- "Tak ada yang lebih murah dari pemain gratisan," ujar Jamie Redknapp ketika Joe Cole akan pindah ke Liverpool pada musim 2010/2011 dengan status bebas transfer.

Ketika nilai transfer pemain semakin meroket, mendapatkan pemain bintang dengan harga gratis memang terdengar sebagai suatu keputusan bisnis yang baik karena klub bisa menambah kedalaman dan kualitas skuat tanpa keluarkan uang sepeser pun.

Namun, benarkah pemain bintang gratis benar-benar menguntungkan untuk klub secara ekonomis?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam buku The Italian Job: The Journey to The Heart of Two Great Footballing Cultures, jurnalis Italia Gabriele Marcotti berkata bahwa satu variabel yang harus diperhitungkan dalam menimbang keuntungan ketika mengambil pemain bintang gratisan adalah gaji.

Pasalnya, label bebas transfer tak serta merta membuat sang pemain mau menurunkan standar bayaran mereka.

Misalnya saja pada kasus Steven Gerrard.

Meski akan bermain pada liga yang gaji para pemainnya dibatasi maksimum US$ 387 ribu per tahun, mantan pemain Inggris itu tetap mendapatkan gaji premium dari LA Galaxy sebagaimana ia dibayar oleh Liverpool, yaitu US$ 4 juta pertahun. (Baca Juga: Membedah Sistem Designated Player di MLS)

Demikian pula ketika Liverpool mendatangkan Joe Cole dari Chelsea. Kala itu, Liverpool harus menggaji Cole dengan standar ketika ia masih menjadi seorang penggawa klub kaya London, yaitu senilai £92 ribu per pekan.

Meski lebih sering menjadi cadangan, gaji Cole yang berusia 30 tahun setara dengan bayaran yang diberikan pada para pemain inti The Reds seperti Gerrard, Pepe Reina, atau Jamie Carragher.

Akan tetapi transfer gratisan ini kemudian menjadi blunder karena Cole tak pernah kembali pada performa puncak seperti yang ia tunjukan bersama Chelsea.

Liverpool pun dibebani dengan biaya yang teramat berat dalam pembukuan mereka.

Selama 18 bulan sang gelandang itu berada di Liverpool, pihak klub harus membayar lebih dari £7 juta untuk Cole yang hanya bermain dalam 26 pertandingan.

Pada akhirnya Liverpool pun memutuskan bahwa lebih baik membayar Cole sebesar £3 juta agar ia pindah ke West Ham United sehingga mereka bisa menyingkirkan Cole dari beban gaji setiap tahunnya.

Selama 18 bulan di Liverpool, Joe Cole mendapatkan tujuh juta poundsterling. (Getty Images/Clive Rose)
Semua Tentang Pilihan

Entah itu didatangkan dengan gratis atau pun dengan membayar sesuai dengan banderol transfer, klub memang harus membayar beban gaji pemain.

Namun status gratis seorang pemain bintang bisa menimbulkan ilusi bahwa klub memperoleh keuntungan secara ekonomis, padahal alokasi gajinya bisa dialihkan untuk membeli pemain lain dengan bayaran lebih murah.

Misalnya saja kembali ke contoh kasus Cole.

Jika Liverpool mendatangkan pemain muda dengan transfer £2 juta namun memiliki gaji £30 ribu per pekan, maka biaya yang dikeluarkan Liverpool dalam 18 bulan untuk total gaji dan transfer adalah hanya sebesar £4,16 juta.

Lebih hemat £3 juta poundsterling dari total pengeluaran untuk Cole.

Hal ini tentu tidak menafikkan ide bahwa pemain gratisan bisa menguntungkan untuk klub.

Liverpool sendiri menjadi klub yang pernah merasakan keuntungan dengan mendatangkan pemain dengan status free transfer, yaitu ketika memboyong Gary McAllister.

Gelandang yang didatangkan oleh Liverpool pada usia 36 tahun tersebut sukses menjadi pemain penting dalam tim yang memperoleh lima piala dalam satu musim. McAllister juga yang menjadi mentor untuk Steven Gerrard yang kala itu masih berusia 20 tahun.

Namun, dalam kasus mendatangkan pemain bintang dengan status free transfer, keuntungan ekonomis itu tak selamanya bisa terwujud nyata. Klub harus benar-benar menimbang pilihan apakah lebih baik menempatkan pundi-pundi uang mereka dalam pemain gratis bergaji mahal, atau pemain murah bergaji rata-rata.

Pada akhirnya, sebagaimana dinyatakan satu pameo terkenal, tak ada makan siang yang benar-benar gratis.

Apalagi dalam sepak bola.
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER