Jakarta, CNN Indonesia -- Tinju tidak lagi sama sejak masa Mike Tyson dan Evander Holyfield berakhir 20 tahun lalu.
Demikian pendapat yang dikeluarkan oleh petinju Legenda Kanada, George Chuvalo, yang percaya olahraga tersebut membutuhkan pertarungan kelas berat yang menarik untuk melahirkan kembali para kahalayak pecinta tinju.
"Tanyakan saja kepada kebanyakan orang siapa juara kelas berat dunia, mereka tidak akan dapat memberi tahu Anda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tahu, bahwa sang juara adalah Klitschko (Wladimir). Namun dia tidak menarik untuk ditonton, dan ia biasanya bertarung di Ukraina atau Jerman atau Rusia dan Anda tidak akan mendengar apa-apa sampai pertarungan tersebut berakhir.
"Itu pun hanya melalui dua atau tiga baris di surat kabar," kata Chuvalo yang kini berusia 77 tahun, Rabu malam (07/01) waktu setempat, dalam kutipan dari situs
Cambridge Times.
"Divisi kelas berat itu adalah rajanya dari semua divisi-divisi, terbaik dari yang terbaik ... tapi hanya sedikit sekali kegembiraan di divisi kelas berat sekarang ini."
Chuvalo, yang terkenal sebagai salah satu lawan tangguh mantan juara kelas berat Muhammad Ali, juga pernah kalah melawan Ernie Terrel tahun 1965. Dia juga bertarung melawan George Foreman, Joe Frazier, dan Floyd Patterson selama kariernya dan pensiun dengan rekor 73 kemenangan, 18 kekalahan, dan 2 seri.
Pertandingan yang saat ini sedang dinantikan Chuvalo dan sedang hangat diperbincangkan adalah pertandingan antara petinju Amerika, Floyd Mayweather dan petinju Filipina, Manny Pacquiao.
Chuvalo yakin pertandingan itu akan terjadi akhir tahun ini, khususnya karena dikabarkan Maywheather akan dibayar sekitar $ 100 juta dan Pacquiao akan menerima $ 60 juta.
Chuvalo pun menaruh harapan bahwa pertandingan itu akan mengembalikan ketertarikan orang-orang kepada tinju.
"Saya pikir ini akan menjadi pertarungan terbesar yang pernah ada. Seharusnya akan timpulkan banyak kehebohan," katanya.
(vws)