Robbie Fowler Dirikan Akademi untuk Pemain Buangan

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Jumat, 23 Jan 2015 12:51 WIB
Mantan penyerang Liverpool, Robbie Fowler, mendirikan akademi yang ditujukan pada para pemain buangan untuk dapat berdiri di atas kakinya sendiri.
Robbie Fowler pernah mengalami cedera lutut parah ketika ia berusia 22 tahun dan membela Liverpool. (Getty Images/Laurence Griffiths)
Liverpool, CNN Indonesia -- Sebagai pemain profesional, mantan penyerang Liverpool, Robbie Fowler, bisa dikatakan memiliki karier yang cukup lumayan. Namun bukan berarti ia tak bisa bersimpati kepada para pemain yang gagal untuk menapaki dunia sepak bola profesional.

Salah satu bentuk simpatinya itu ia tunjukkan dengan membentuk FEFA atau Yayasan Akademi dan Edukasi Sepak Bola Fowler.

Yayasan ini ia tujukan untuk menyiapkan para pemain berusia 16 hingga 19 tahun yang tersingkir dari dunia sepak bola dan memberikan mereka berbagai pelatihan, mulai dari kewirausahaan, kepelatihan, atau berbagai kursus lainnya untuk menyiapkan mereka kembali ke dunia kerja, dunia sekolah, atau kembali ke sepak bola untuk mengambil peran lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akademi yang direncanakan dibuka tahun 2015 ini dirancang untuk diikuti 60 orang dan didirikan di kota asalnya, Liverpool.

"Karena saya terlalu berkonsentrasi pada sepak bola, saya butuh waktu bertahun-tahun untuk menyadari arti penting pendidikan," ujar Fowler sebagaimana dikutip dari The Times.

"Namun, semakin Anda memikirkannya, terutama dikaitkan dengan cedera (yang bisa mengakhiri karier seorang pemain), tak semua orang beruntung (bisa menjadi pemain)," ujar bomber yang pernah mengalami cedera lutut parah pada usia 22 tahun tersebut.

"Anda membutuhkan banyak keberuntungan untuk menjadi seorang pemain profesional. Mungkin ada orang-orang lain di luaran sana yang memiliki bakat lebih dari saya namun kurang memiliki dedikasi."

Bagi Fowler sendiri, ia sukar membayangkan jika cedera waktu itu mengakhiri kariernya.   

"Anda bisa memeriksa sendiri statistiknya. Dari para pemain yang menderita cedera parah, hanya empat persen mampu melanjutkan bermain profesional dan hanya satu persen yang memiliki karier gemilang."

"Saya selalu menginginkan menjadi pemain profesional, dan saya beruntung bisa mendapatkannya," kata pemain yang identik dengan nomor punggung sembilan tersebut.

"Tempat saya dibesarkan bukanlah area terbaik. Saya bangga dan cinta daerah saya, namun praktis tak ada apa-apa lagi yang bisa dilakukan selain sepak bola."

"Tak ada hal lain yang bisa saya lakukan."

Perasaan mendapatkan keberuntungan tersebut yang menginspirasinya untuk mendirikan akademi.

"Saya memiliki karier yang baik dalam sepak bola, namun penting untuk menjaga sesama kami di kota ini dan memberikan semua orang kesempatan."

"Akademi ini akan memberikan kesempatan bagi anak-anak ini untuk kembali mendapatkan pendidikan."

"Kalaupun mereka tidak bisa menjadi pemain profesional, mereka bisa mendapatkan awalan baru dalam hidup mereka."

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER