Sukses Benfica Berakhir di Kutukan Bela Guttmann

Vriana Indriasari | CNN Indonesia
Jumat, 23 Jan 2015 19:35 WIB
Kesuksesan Benfica bersama Bela Guttman berakhir dengan ucapan sang pelatih yang konon menjadi kutukan kekalahan di kompetisi Eropa selama 100 tahun.
Raihan kesuksesan Benfica bersama Bela Guttman berakhir dengan ucapan sang pelatih yang konon merupakan kutukan kekalahan di Liga Eropa selama 100 tahun.
Jakarta, CNN Indonesia -- Apa rasanya dikutuk tak bisa merasakan gelar juara hingga 100 tahun lamanya? Seluruh anggota klub Benfica bisa jadi yang paling tahu.

Setelah sukses menjadi juara Piala Eropa (kini Liga Champions) pada 1962, Benfica tak pernah lagi memenangkan enam final.

Konon, semua itu merupakan hasil kutukan pelatih yang pernah membawa klub asal Lisbon ini meraih masa keemasannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adalah Béla Guttmann, pelatih terakhir yang berhasil membawa Benfica merajai kawasan domestik dan Eropa. Namun, ia pula yang menutup kesuksesan tersebut.

Ikhwal Ucap Kutukan

Guttman, pelatih asal Hunggaria ini dikenal sukses menangani sejumlah klub top dunia. Sebut saja AC Milan, Sao Paulo, hingga FC Porto.

Pada 1960, manajemen Benfica mempercayai Guttmann menjadi pelatih klub yang berdiri sejak 1904 itu.

Tidak tanggung-tanggung, Guttmann langsung membuat keputusan signifikan. Pemain-pemain muda Benfica memperoleh kesempat dengan didepaknya 20 pemain senior mereka.

Pemain asal Portugal, Eusebio, menjadi andalan Guttmann meraih kesuksesan kolosal bagi The Eagles.

Di bawah asuhan Guttman pulalah Benfica mampu mematahkan dominasi Real Madrid di gelaran European Champion Clubs' Cup, atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Liga Champions.

Benfica menggeser Real Madrid dan menjadi juara dua musim berturut-turut.

Mereka berhasil mengalahkan Barcelona dalam final 1961 di Stadion Wankdorf, dan pada 1962 melawan Real Madrid di Stadion Olympic.

Sang pelatih melahirkan pemain-pemain legenda seperti José Águas, Mário Coluna, José Augusto, José Torres, António Simões, dan Eusébio.

Sukses tersebut membuat Guttman berpikir layak memperoleh kenaikan gaji. Sayangnya, klub menolak.

Guttmann memutuskan hengkang, dan berujar bahwa Benfica tak akan bisa juarai Piala Eropa selama 100 tahun.

Terlepas benar atau tidaknya itu adalah sebuah kutukan, sejak itu, Benfica selalu gagal menjadi juara di Eropa meski bisa enam kali tampil di final.

Kekalahan Teranyar

Pada 2014 lalu, untuk kali kedua secara beruntun, Benfica lolos ke babak final Liga Eropa. Namun, untuk kedua kalinya secara beruntun pula, impian Benfica kandas di laga final.

Berlaga di Stadion Juventus, Benfica ditahan imbang 0-0 oleh Sevilla selama 120 menit. Berlanjut ke adu penalti, Benfica pun takluk 2-4, dan gelar Liga Eropa jatuh ke tangan Sevilla.

Penampilan Benfica yang mendominasi laga dan mencipta banyak peluang membuat pemain dan pelatih Jorge Jesus sangat kecewa.

“Saya mengucapkan selamat kepada para pemain dan suporter yang sangat berharga bagi kami hingga bisa sampai final. Sekarang, kami perlu menatap ke depan karena masih memiliki final lagi pada Minggu,” kata Jesus yang dimuat di laman resmi klub.

Jika benar itu merupakan kutukan yang akan berlaku seabad lamanya, Benfica masih harus menunggu 48 tahun lagi untuk bisa menjuarai kompetisi antarklub Eropa.

Daftar kegagalan Benfica di final kejuaraan antraklub Eropa:

Liga Champions
1962/63: AC Milan 2-1 Benfica
1964/65: Inter Milan 1-0 Benfica
1967/68: Benfica 1-4 Manchester United
1987/88: PSV Eindhoven 0-0 Benfica (PSV menang adu penalti 6-5)
1989/90: AC Milan 1-0 Benfica

Liga Europa
1982/83: Anderlecht 1-0 Benfica
2012/13: Benfica 1-2 Chelsea
2013/14: Sevilla 0-0 Benfica (Sevilla menang adu penalti 4-2). (vri/vri)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER