Jakarta, CNN Indonesia -- Belum genap dua minggu seorang Cristiano Ronaldo menerima penghargaan terbaik dunia, ia telah membuat reputasinya sedikit tercoreng dengan menerima kartu merah untuk aksi tidak terpuji.
Tenggalam dalam rasa frustasi setelah kesulitan membobol gawang Cordoba, Ronaldo menendang kaki pemain belakang bernama Edimar, dan juga memukul pipi kirinya, setelah kedua pemain berjibaku untuk memperebutkan bola.
Tak pelak aksi pemain bernomor punggung tujuh tersebut langsung membuat wasit dengan tegas mengusirnya dari lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pada pekan ini ternyata 'kegilaan sesaat' tersebut tidak hanya mendatangi sang pemain terbaik dunia.
Di tempat lain, sumbu emosi seniman-seniman lapangan hijau lain juga sempat tersulut, yang membuat mereka melakukan tindakan yang akhirnya mereka sesali.
Salah satunya adalah pemain AC Milan, Philippe Mexes saat klubnya menghadapi SS Lazio dalam lanjutan Serie A Italia, Sabtu (24/1).
Pemain asal Perancis ini mendapatkan kartu merah karena ia kehilangan ketenangan dan mencekik pemain Lazio, Stafano Mauri.
Aksi Mexes ini sempat ditahan oleh rekan setimnya, Riccardo Montolivo. Namun, pemain kedua tim terlajur terpancing emosinya dan terjadi kericuhan yang membuat Mexes kembali terlibat kontak fisik dengan pemain Lazio lainnya, Lorik Cana.
AC Milan takluk 1-3 dalam pertandingan itu, dan Mexes hanya dapat tertunduk malu masuk menuju ruang ganti.
Selain Ronaldo dan Mexes, ledakan emosi juga menghampiri pemain muda Belgia, Stefan Defour saat membela klubnya, Anderlecht di liga Belgia, Minggu (25/1).
Menghadapi mantan klub yang pernah ia bela, Standard Liege, Defour kehilangan kendali setelah terus menerus menerima ejekan dari suporter sepanjang pertandingan.
Hasilnya? Defour menendang bola ke arah tribun penonton dan wasit pun menghadiahi pemain berusia 26 tahun tersebut kartu merah.
Tendangan Kung-fu Eric CantonaSatu hal yang menarik, tiga insiden tersebut nyaris bertepatan dengan 'perayaan' 20 tahun tendangan kungfu mantan pemain Manchester United, Eric Cantona.
Pemain kontroversial asal Perancis itu melakukan aksi tersebut kepada seorang suporter Crystal Palace, 25 Januari 1995 silam.
Kala itu Cantona sedang menuju ruang ganti setelah ia menerima kartu merah karena menendang pemain bertahan Palace, Richard Shaw. Mendengar teriakan ejekan Matthew Simmons dari bangku penonton, Cantona berlari melompati pagar pembatas dan langsung melayangkan tendangan dengan kaki kanannya.
Atas prilaku tersebut, selain dilarang bertanding selama sembilan bulan, Cantona juga harus mendekam di penjara selama dua pekan, meski hukumannya akhirnya berubah saat ia melakukan banding di meja hijau.
Akhirnya Cantona 'hanya' diminta melakukan tugas 'pelayanan masyarakat' selama 120 jam.
Ejekan Berbau RasialTensi yang tinggi, serta ego yang besar mungkin menjadi alasan para pemain tersebut kehilangan kontrol emosi mereka.
Apalagi, dalam era sepakbola moderen, satu kesalahan kecil dalam pertandingan mungkin saja mengubah karier sang pemain, membuat mereka selalu berada dalam tekanan tinggi.
Namun layaknya pertandingan olahraga pada umumnya yang menekankan pada sportivitas, sebagian seniman lapangan hijau tersebut masih tetap menunjukkan sikap profesional dengan meminta maaf.
"Saya meminta maaf kepada semua orang dan khususnya Edimar atas tindakan saya pada pertandingan hari ini," tulis Ronaldo di akun twitternya.
Selain Ronaldo, Mexes juga telah mengungkapkan rasa penyesalan dan permintaan maaf terhadap 'kegilaan' di lapangan.
"Saya harus meminta maaf kepada klub, pelatih, dan juga keluarga saya," ujar Mexes selepas pertandingan. "Itu merupakan reaksi yang salah dan saya minta maaf karena saya membuat tim harus bermain dengan 10 orang."
"Saya memiliki anak dan ini bukanlah jenis contoh yang seharusnya diberikan oleh seorang ayah."
Namun lain halnya dengan Cantona. Hingga saat ini, pemain yang terkenal sering melontarkan kata-kata filosofis itu masih teguh pada pendiriannya dan mengatakan, "Saya tidak memukulnya cukup keras. Saya seharusnya memukulnya lebih keras." seperti yang dilansir dari
FourFourTwo.
Meski terlihat liar dan tanpa penyesalan, kegilaan Cantona sendiri cukup dimengerti. Menurut legenda Manchester United itu, ejekan Simmons bukan ejekan biasa namun mengandung kata-kata berbau rasial.
Menurut pengakuan Cantona, kata-kata Simmons bernada: "Pergi kau Cantona -- kamu harus mandi lebih awal." (merujuk pada ejekan-ejekan orang Inggris kepada orang Perancis bahwa mereka jorok dan bau badan).
Sementara itu, penonton yang berada di sekitar Simmons berkata bahwa ia mengejek Cantona dengan kata-kata: "Pergi kau, dasar bajingan Perancis tengik."
Akan tetapi itulah sepakbola, ketika kemampuan mengolah si kulit bundar harus bercampur dengan drama dan tensi. Gelontoran uang jutaan poundsterling pun tak dengan serta merta membuat para pemain mampu menghilangkan emosi dan tak berbuat hal-hal bodoh di lapangan. Apalagi jika menyangkut hal-hal yang berbau identitas, sebagaimana dialami Cantona.
Lagipula, mengutip pameo yang sangat sering digunakan, bukankah para pesepakbola juga manusia?
(vws)