Dubai, CNN Indonesia -- Mantan petinggi klub Leeds United, David Haigh, mengatakan bahwa ia nyaris bunuh diri setelah mendekam selama 300 hari di penjara Dubai.
Haigh dituduh melakukan penggelapan oleh mantan pemilik Leeds dan juga mantan bosnya, GFH Capital, perusahaan investasi asal Dubai. Ia dipenjara di Dubai sejak Mei lalu dan pihak berwenang saat ini masih belum menentukan kelanjutan kasusnya dengan Haigh dituduh memalsukan surat tagihan senilai tiga juta poundsterling
Berbicara pada Prisonersabroad.org.uk, Haigh menceritakan bahwa ia tak menduga akan ditangkap di dubai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya terbang ke Dubai dalam perjalanan bisnis dan bertemu dengan mantan pemilik Leeds United untuk mendiskusikan kesempatan bisnis di London," kata Haigh dalam wawancaranya dengan Prisoners Abroad.
"Namun, hanya beberapa jam setelah saya mendarat, saya dimasukkan ke sel tanpa tahu alasannya. Saya tidak pernah berbuat salah dan tidak melakukan aksi kriminal. Mereka juga tidak memberitahukan tuduhannya."
Setelah dijebloskan ke dalam penjara, barulah Haigh mengetahui bahwa mantan bosnya menuduhkan bahwa ia mencuri. Namun, hingga saat ini, atau lebih dari 300 hari kemudian, belum ada tuntutan resmi apapun untuk Haigh.
Di penjara, Haigh ditempatkan dalam sel berkapasitas untuk 32 orang, namun terkadang berisi hingga lebih dua kali lipat kapasitas maksimumnya.
Bagi Haigh, peristiwa ini adalah masa-masa terburuk dalam hidupnya. "Saya sendirian di penjara asing, ribuan kilometer dari rumah. Saya tak punya uang, tak punya orang untuk diajak berbicara, dan saya mulai kehilangan harapan."
"Pada tiga minggu pertama saya tak sanggup untuk makan, saya kelaparan dan juga menderita sakit yang sangat hebat (karena tidak mendapatkan pengobatan setelah ia menjalani operasi perut sebelum datang ke Dubai)."
Terpenjara tanpa bantuan pengacara tanpa tahu kejelasan nasibnya mendorong Haigh untuk memiliki pikiran gelap, seperti mengakhiri hidup.
"Lebih dari sekadar putus asa, saya memiliki dorongan bunuh diri. Saya bahkan merencanakan untuk menggantung diri saya di pintu sel, dan saya bisa mendapatkan benda cukup kuat untuk melakukan semua itu.
"Saya hanya ingin semuanya berakhir, Untuk menyingkirkan ketakutan, putus asa, dan rasa sakit."
Dengan bantuan dari yayasan amal untuk warga negara Inggris yang dipenjara di luar negaranya, Haigh akhirnya mampu bertahan dan mendapatkan bantuan. Meski demikian, hingga saat ini nasibnya masih sama seperti 300 hari sebelumnya, yaitu ditahan tanpa ada tuntutan yang jelas.
(vws)