Jakarta, CNN Indonesia -- Pada musim lalu, Manchester City mendapatkan hak untuk tertawa saat mereka menyaksikan Liverpool terpeleset di dua pekan terakhir musim kompetisi 2013/2014 lalu.
The Reds yang saat itu berada di puncak klasemen Liga Primer Inggris sebenarnya tinggal selangkah lagi merebut gelar juara ke-19. Namun akhirnya Steven Gerrard dkk terpeleset di saat-saat krusial saat ditaklukkan Chelsea 0-2 dan ditahan imbang Crystal Palace 3-3.
Pada musim ini, giliran City yang berada di posisi Liverpool dengan menyerahkan posisi puncak klasemen setelah penampilan mereka terus menurun. Tak ayal, status City yang semula penantang gelar juara kini menjadi penantang empat besar Liga Primer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merosotnya performa City sendiri terjadi secara bertahap pada 2015.
Pada pekan ke-20, City dan Chelsea masih memiliki jumlah kemenangan, kekalahan, hasil imbang, raihan gol dan kebobolan, serta poin yang sama. Namun setelahnya performa City justru malah naik turun sementara Chelsea mampu mempertahankan konsistensi. Bahkan dua kekalahan di dua laga tandang terakhir, saat menghadapi Burnley (0-1) dan Crystal Palace (1-2), membuat City yang tadinya berada di peringkat kedua melorot ke peringkat keempat.
"Tidak diragukan lagi, mereka memiliki masalah mentalitas," ujar Gary Neville, yang merupakan mantan pemain klub rival City, Manchester United, kepada Sky Sports.
Lantas apa yang terjadi di City? Apakah roda nasib berputar terlalu cepat bagi mereka?
Layaknya kebiasaan umum di dunia sepakbola yang cenderung menyalahkan manajer tim untuk kemelorotan prestasi, sosok Manuel Pellegrini pun kemudian disoroti. Dengan cepat isu berkembang bahwa tempatnya akan dialihkan untuk orang lain di musim depan, meski sang pelatih asal Chile menampik hal tersebut.
"Saya tidak khawatir dengan pekerjaan saya," ujar Pellegrini setelah timnya dipermalukan Palace, Selasa (7/4) dini hari WIB lalu.
Catatan Buruk Setelah Menjuarai LigaMeski Pellegrini memang tetap menjadi sorotan publik atas menurunnya City musim ini, fenomena menurunnya City setelah mereka menjuarai liga sebenarnya bukan kali ini saja terjadi.
Dari empat gelar juara yang telah diraih City di Liga Inggris, The Citizens tidak pernah mampu melakukannya secara beruntun dan cenderung mengalami penurunan performa di satu musim setelah merebut trofi liga.
Setelah musim 1936/37 silam, saat mereka merebut gelar liga pertama, City justru malah terdegradasi pada musim berikutnya, membuat mereka menjadi klub juara pertama yang langsung terdegradasi pada musim berikutnya.
Selain itu, satu musim setelah menjuarai liga pada 1967/1968, penampilan City kembali menurun drastis satu musim berikutnya, saat mereka terpuruk di peringkat ke-13.
Pada era Liga Primer Inggris pun, penampilan City sempat anjlok pada musim 2012/2013 lalu, satu musim setelah mereka merebut gelar juara liga ketiga. Kala itu City hanya menjadi peringkat kedua di musim berikutnya, terpaut 11 poin dari juara saat itu, Manchester United.
Jadi, apakah Pellegrini menjadi figur yang patut disalahkan?
Dia jelas bukan sosok yang bertanggungjawab membuat City terdegradasi atau terpuruk di peringkat ke-13 setelah meraih gelar juara empat puluh lima tahun lalu. Maka dari itu sorotan juga perlu diarahkan kepada para pemain The Citizens, karena pernyataan yang keluar dari mantan pemain klub rival, Gary Neville mengenai mentalitas pemain City mungkin saja ada benarnya.
Tuah Buruk Bony?Namun jika Anda lebih menyukai hal-hal yang berbau 'kebetulan', pemain baru City dari bursa transfer Januari lalu, Wilfred Bony, mungkin dapat menjadi kambing hitam bagi menurunnya performa City.
Sejak kepindahan Bony pada 14 Januari tahun ini, City hanya mampu meraih 14 poin dari 10 pertandingan atau maksimal 30 poin yang harusnya mereka bisa dapatkan.
Sebaliknya, klub yang ditinggalkan Bony, Swansea City justru mampu meraih 16 poin di rentang waktu yang sama.
Memang, dari rentang 10 pertandingan tersebut, Bony hanya tampil di tujuh pertandingan terakhir. Namun, mengingat baru satu gol yang mampu disumbangkan pemain asal Ghana tersebut, Bony bisa saja menjani alternatif kambing hitam lain di City yaitu ketidakmampuan mereka untuk membobol gawang lawan.
City sendiri sebenarnya masih bisa memperbaiki peruntungan mereka di tujuh pertandingan sisa Liga Primer. Namun jarak sembilan poin --dapat melebar menjadi 12 poin jika Chelsea memaksimalkan satu pertandingan sisa mereka-- membuat peluang mereka untuk menjuarai liga menjadi sangat tipis.
Layaknya tiga kesempatan sebelumnya, roda nasib City di Liga Primer Inggris memang begitu cepat berputar, membuat warna biru, tak pernah mampu bertahan lebih dari satu musim di kota Manchester.
(vws)