Kosovo, CNN Indonesia -- Ketika Majlinda Kelmendi membawa bendera negaranya di Olimpiade 2016, bahunya yang kokoh juga akan menanggung harapan suatu negara pecahan perang yang untuk pertama kalinya akan diakui di dunia internasional.
Tiga huruf di punggung seragam judonya bukan hanya akan merepresentasikan asalnya -- namun juga pernyataan tegas dari sebuah area Balkan yang berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan.
"Hal terbaik yang terjadi pada kami adalah ketika kami diakui oleh IOC (Komite Olimpiade Dunia)," kata dua kali juara dunia tersebut kepada CNN Internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan hanya untuk olahraga, namun sebagai negara. Sekarang atlet dan anak-anak muda kami bisa bermimpi untuk tampil di Olimpiade mewakili Kosovo."
Kelmendi berjuang di Olimpiade 2012 dengan membela bendera Albania. Saat itu, judogi (baju judo)-nya bertuliskan "ALB". Tahun depan, huruf-huruf itu akan berubah menjadi "KOS" setelah Kosovo kini menjadi negara pecahan Yugoslavia paling baru yang memiliki hak berkompetisi di ajang olahraga.
"Ini sebuah kehormatan untuk saya karena untuk pertama kalinya Kosovo akan berada di Olimpiade, dan saya yang akan memegang benderanya," kata atlet berusia 24 tahun tersebut.
"Saya telah lama memimpikan ini dan akhirnya tiba."
Ketika Kelmendi memenangi gelar juara dunia pertama di Rio de Janeiro pada 2013 silam, gelar itu adalah yang pertama untuk Kosovo -- Federasi Judo Internasional (IJF) mengakui Kosovo sebagai negara pada 2012.
Namun, ketika ia mempertahankan gelarnya di nomor 52 kilo gram di Rusia tahun lalu, Kelmendi dipaksa untuk berkompetisi dengan mengenakan akronim "IJF" karena Rusia mendukung klaim Serbia terhadap wilayah Kosovo. Rusia juga menolak untuk mengakui tanah air Kelmendi.
Kemenangannya kala itu adalah sebuah "pemberontakan" berani yang ditunjukkan di hadapan Vladimir Putin yang datang di partai final -- Putin sendiri adalah pemegang sabuk hitam judo.
"Perasaan kami sangat buruk karena hal itu, namun kami termotivasi untuk mendapatkan hasil yang baik, dan kami bisa melakukannya -- Majlinda menjadi dua kali juara dunia di Rusia!" kata pelatih dan mentornya, Driton Kuka.
Kebangaan Kuka atas pencapaian anak asuhnya diperkuat oleh kekecewaannya yang tidak bisa mendapatkan karier cemerlang di dunia judo karena perang Balkan.
Kuka, seorang juara nasional enam kali, bertekad mendapatkan hasil terbaik di Olimpiade 1992 untuk mewakili Yugoslavia. Namun Kosovo memisahkan diri dari federasi olimpiade negara tersebut karena Serbia menyerang wilayah Kosovo yang berisikan keturunan Albania.
"Karier saya berakhir di usia 20 tahun," ujarnya. "[Padahal] Saya yang terbaik di kategori saya."
Pada akhirnya, Yugoslavia yang menerima sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dilarang untuk mengikuti Olimpiade yang berlangsung di Barcelona tersebut. Sementara itu, kampung halaman Kelmendi di kota Peja hancur karena perang Kosovo pada 1999.
"Sangat banyak rumah merata dengan tanah, banyak sekali pengungsi karena hal itu," kata James Montague, seorang wartawan Inggris yang menetap di daerah Balkan sekaligus penulis buku tentang perjuangan Kosovo mendapatkan pengakuan di dunia olahraga internasional.
Keluarga Kuka berperan banyak dalam membangkitkan kembali Peja -- area yang terletak pegunungan di perbatasan dengan Montenegro.
Salah satu cara mereka membangun kembali kota itu adalah melalui dojo, yang kemudian menjadi tempat berkumpul para remaja, sebuah alat untuk mengeluarkan energi mereka.
"Saya dan dua saudara saya, kami akan berlatih judo -- kami jatuh cinta dengan olahraga ini," kata Kuka. "Kami ingin mendapatkan prestasi yang akan membuat negara baru kami bangga."
Pada 2000, di usia delapan tahun, Kelmendi dengan saudari dan teman-temannya mengunjungi doko tersebut.
"Semula saya tidak mengerti apa yang terjadi, namun setelah tiga pekan latihan, kami pergi untuk berkompetisi di Sarajevo," ujarnya.
"Saya melihat bahwa banyak sekali gadis melakukan olahraga ini dan saya mendapatkan banyak sekali teman, dan saya pikir itulah momen ketika saya mulai menyukai judo."
"Pelatih saya berkata bahwa saya akan tampil di Olimpiade. Semua orang berkata bahwa ia bermimpi terlalu tinggi, namun ia orang yang bekerja dengan keras dan berprinsip bahwa tidak ada masalah tanpa solusi."
Dalam diri Kelmendi, Kuka melihat seorang gadis kecil yang memiliki kualitas cukup untuk sukses di olahraga yang berkembang di Jepang pada akhir 1800-an tersebut.
"Ia memiliki semangat juang besar -- ketika latihan, ia selalu siap untuk memberikan lebih dari 100 persen," katanya.
Menuntaskan Mimpi Sang GuruMontague percaya bahwa Kuka berharap bisa menuntaskan mimpinya yang tak bisa ia wujudkan.
"Tentu sangat menyakitkan bahwa ia tak pernah berkompetisi di Olimpiade dan memenangi sebuah medali," kata sang penulis. "Ia berkata kepada saya, 'Akan sangat berharga jika saya bisa menuangkan mimpi dan diri saya kepada dirinya'."
Kelmendi berkata bahwa judo memperlihatkan sisi lain dari dirinya -- keganasan yang membuat lawan-lawannya tak berkutik dan ditambah efesiensi seorang pembunuh.
"Orang-orang, 'Saya tak bisa membayangkan kamu melakukan judo atau bertindak agresif atau memenangi sesuatu -- kamu sangat pendiam,'" katanya.
"Melalui judo saya bisa menjadi seseorang. Sangat baik sekali, karena saya tidak melakukan judo demi uang, saya tidak melakukannya karena saya ingin terkenal. Saya melakukan judo karena saya merasakannya, menyukainya -- judo membuat saya merasa baik, membuat saya merasa spesial."
Meski demikian, judo juga yang membuat dirinya mendapatkan konflik personal. Dengan Kosovo yang belum diakui dunia olahraga internasional, Kelmendi yang menunjukkan bakat mengagumkan --juara dunia yunior pada 2009-- sempat ditawari oleh negara-negara lain untuk pindah.
Merasa diterlantarkan oleh negaranya sendiri, ia sempat mempertimbangkan mengubah haluan.
"Sempat ada momen ketika saya berkata, 'Mengapa saya berada di sini?' ketika tidak ada satu orang pun yang menganggap karier saya serius." katanya.
"Pada waktu bersamaan, ibu saya berkata, 'Pergi ke tempat lain, jangan tinggal di sini,' dan pelatih saya berkata, 'Tunggu dulu, kita akan mencari jawaban. Tidak akan melulu seperti ini.'"
Kuka mendanai karier Kelmendi bersama dengan anak-anak asuhnya yang lain.
"Tidak selalu mudah. Keluarga Majlinda mengalami kesulitan keuangan -- mereka mendorong Kelmendi pergi karena banyak negara menawarinya bayaran yang bagus," kata Kuka.
"Saya berkata kepadanya, jika kamu pergi, saya tidak akan pergi denganmu dan saya tidak akan mendukungmu jika kamu pergi ke tempat lain."
Kosovo baru diterima sebagai anggota penuh IJF pada April 2012, namun pengakuan di Olimpiade baru ada pada Desember 2014.
Montague berkata bahwa "nyaris tidak mungkin" Kosovo diakui Rusia karena negara tersebut memiliki hak veto di Dewan Keamanan.
Namun dengan Kelmendi yang mengibarkan bendera Kosovo di ajang bergengsi seperti Kejuaraan Eropa di Baku pada bulan ini -- ia tidak bisa bertanding karena cedera-- dan juga Rio 2016, ia berkata bahwa kesuksesan dirinya akan mendorong kemerdekaan Kosovo diakui secara internasional.
"Baginya, memenangi medali emas dan berdiri di atas podium akan menjadi pesan kuat bagi dunia," kata Montague.
"Ketika saya pergi ke Kosovo pada Desember dan IOC mengubah keputusan dan mengakui Kosovo, saya bertemu dengan Deputi Menteri Luar Negeri -- ia berkata bahwa ini adalah hari terpenting dalam sejarah Kosovo sejak deklarasi kemerdekaan di 2008."
Untuk Kelmendi, yang akan kembali berkompetisi dan mempertahankan gelar juara di Kejuaraan Dunia di Kazakhstan, kesuksesan di Brasil akan berarti lebih dari sekadar medali emas.
"Saya akan merasa sangat baik bahwa saya mungkin, untuk satu atau dua hari, membuat rakyat Kosovo tertawa, membuat mereka bahagia, dan mungkin melupakan bahwa mereka memiliki demikian banyak masalah di sini."
Untuk Kuka, perjalanan ke Rio akan berarti kerja kerasnya selama bertahun-tahun akan terbayar.
"Ini akan menjadi hari paling indah dalam hidup saya," kata Kuka.
(vws)