Konflik Perbatasan di Laga Chile vs Peru

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 29 Jun 2015 11:11 WIB
Peru dan Chile memiliki sejarah panjang permusuhan yang tak hanya melibatkan aksi di atas lapangan hijau, namun juga konflik perbatasan antar negara.
Peru akan berhadapan dengan musuh utamanya, Chile, di semifinal Copa America 2015. (REUTERS/Jorge Adorno)
Santiago, CNN Indonesia -- Chile akan menghadapi Peru dalam semifinal Copa America dalam salah satu laga dengan rivalitas terpanas di Amerika Selatan yang diwarnai politik, konflik perbatasan, dan juga perang abad ke-19.

Permusuhan antara kedua negara Andean tersebut muncul sejak 1880 atau ketika terjadi Perang Pasifik, ketika Chile berhadapan dengan gabungan kekuatan antara Peru dan Bolivia.

Chile memenangi perang tersebut dan mendapatkan sebagian tanah Peru yang hingga kini terus mereka kuasai. Tahun lalu, kedua negara juga baru saja menyelesaikan perselisihan lama terkait batas maritim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peru pernah menuntut Chile ke Pengadilan Tinggi Internasional di The Hague dan memaksa Chile untuk menyerahkan lebih dari 20 ribu kilometer persegi luas lautnya.

Kedua negara juga masih memperbutkan area berbentuk segitiga yang terletak di perbatasan kedua negara. Saat ini tanah tersebut di bawah kekuasaan Chile, namun Peru mengklaim tanah tersebut milik mereka.

Dalam laga sepak bola, rivalitas antar kedua negara tersebut kerap dikenal dengan "Laga Klasik di Pasifik".

Ketika Peru datang ke Santiago pada kualifikasi Piala Dunia 1997, para pendukung tuan rumah menyambut lagu kebangsaan Peru dengan siulan.

Chile kala itu menang 4-0 karena hattrick dari Marcelo Salas, namun setelah mencetak gol ketiga ia nyaris bertikai dengan kiper Peru, Eusebio Acasuzo.

Sang penjaga gawang lalu ditarik keluar dengan latar belakang suara para pendukung Chile berteriak "Acasuzo untuk Presiden!". Sang penjaga gawang lalu tak pernah bermain untuk Peru lagi.

Pada 1977, Chile pergi ke Lima untuk berebut satu tiket ke Piala Dunia Argentina yang digelar satu tahun kemudian.

Peru lolos dengan mendapatkan kemenangan 2-0, sementara Chile gagal mendapatkan tempat di putaran final. Diktator militer Peru kala itu, Francisco Morales, lalu turun ke lapangan dan memimpin perayaan negaranya.

"Seorang pemain harus bersiap-siap mendapatkan sambutan tidak bersahabat," kata asisten pelatih Peru, Nolberto Solano, pekan ini pada wawancara dengan harian Chile. "Kami tak mungkin berharap penduduk Chile bertepuk tangan untuk kami."

Ketika ditanyai apakah laga semifinal lebih dari sekadar laga sepak bola, ia berkata: "Apakah Anda kira kami datang dengan pistol dan senjata api?"

"Laga ini akan sulit dan hal itu yang menjadi fokus kami. Tapi kami membicarakan sepak bola dan bukan tentang mengenakan rompi anti peluru dan juga pelindung kepala."

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan bilateral kedua negara telah membaik.

Ada komunitas orang Peru dalam jumlah besar di Chile dan Chile sendiri memiliki investasi dalam nilai besar di Peru. Kedua negara juga kini menggabungkan kekuatan dalam blok kekuatan perdagangan baru, yaitu Aliansi Pasifik.

Sejauh ini, pendukung Chile selalu menghormati lagu kebangsaan tim-tim tamu di Copa America. Rasa hormat ini akan diuji ketika kedua negara bertemu di Santiago nanti. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER