Ingin Main di Real Madrid, Hebat Saja Tidak Cukup!

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Minggu, 12 Jul 2015 09:15 WIB
Real Madrid bukan hanya mengumpulkan pesepakbola terbaik dari segi teknik dan kemampuan di lapangan, melainkan juga menjual dari sisi tampang dan penampilan.
Cristiano Ronaldo merupakan pemain yang hebat di lapangan dan oke secara penampilan. Tipe pemain seperti inilah yang menjadi favorit Real Madrid. (REUTERS/Juan Medina)
Madrid, CNN Indonesia -- Florentino Perez benar-benar ingin Real Madrid jadi pusat perhatian dunia. Pemain yang dikumpulkan Perez di Madrid bukan hanya mereka yang memiliki skill di atas rata-rata, melainkan juga yang memiliki wajah tampan rupawan.

Hebat saja sepertinya tidak akan menjadi jaminan bahwa seorang pemain mendapatkan respek tinggi di Madrid. Selain gemilang di lapangan, mereka juga harus oke dari segi tampilan.

Dan menilik sejarah Florentino Perez dengan proyek Galacticos, pernyataan tersebut mendekati kebenaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari daftar pemain yang dibeli Perez, mereka adalah pemain-pemain yang hebat di lapangan plus memiliki wajah rupawan. Mulai dari Luis Figo, Zinedine Zidane, David Beckham, hingga Michael Owen adalah rekrutan Perez di periode pertamanya sebagai Presiden Madrid.

Pada periode keduanya, Perez mendatangkan pemain-pemain rupawan dalam diri Cristiano Ronaldo, Xabi Alonso, Mesut Ozil, James Rodriguez, dan Toni Kroos.

Melihat hal tersebut, Perez bukan hanya berambisi untuk menjadi Madrid sebagai tim terbaik di dunia dari segi permainan di lapangan. Dalam pandangan Perez, Madrid juga harus jadi tim paling menjual dari segi tampilan fisik pemain-pemainnya.

Dan dalam kenyataan, tidak semuanya bisa jalan sesuai dengan keinginan Perez. Pemaksaan tampilan tim yang harus sempurna kadang mengorbankan performa tim di lapangan.

Pada era pertama Perez berkuasa di Madrid, Perez sangat terkenal dengan tingkah fenomenalnya yang tak memedulikan keluhan Claude Makelele yang ingin mendapatkan peningkatan gaji.

Dibandingkan bintang-bintang Madrid lainnya, Makelele jadi salah satu pemain dengan gaji rendah. Namun Perez tetap pada pendiriannya untuk mengabaikan permintaan Makelele. Madrid pun dengan sukarela membiarkan Makelele pergi ke Chelsea.

Makelele sendiri jauh dari sinar bintang rupawan yang meliputi pemain-pemain lainnya seperti Figo, Zidane, Steve McManaman ataupun Ronaldo. Ia cenderung menjadi tipe pekerja keras yang berbicara di lapangan. Posisinya sebagai gelandang bertahan yang tidak menarik di mata makin membuat posisi Makelele inferior di mata Perez.

"Kami tidak akan merindukan Makelele. Tekniknya biasa saja dan ia tak memiliki kecepatan atau kemampuan merebut bola dari lawan dengan cukup baik."

"90% alur bola yang dilakukannya adalah kembali ke belakang atau ke samping," ucap Perez meremehkan kehadiran Makelele.

Pernyataan Perez ternyata keliru. Usai kepergian Makelele, Perez hanya meraih satu trofi, Piala Super Spanyol 2003. Setelah itu mereka selalu gagal memenangi La Liga, Piala Raja, ataupun Liga Champions, meskipun mereka Perez mendatangkan banyak bintang di musim-musim berikutnya.

Kepergian Makelele ini pula yang boleh dibilang turut menuntun Perez tersingkir dari kursinya pada tahun 2006. Lantaran Madrid tak kunjung meraih trofi meski diisi pemain-pemain hebat, Perez pun akhirnya mundur.

"Makelele adalah pemain terbaik di tim Madrid saat itu namun orang-orang tidak memperhatikannya."

"Ketika kamu bertanya pada mereka yang ada di Madrid saat itu, maka mereka akan memberitahumu bahwa Makelele adalah pemain terbaik dan pemain paling penting dalam tim."

"Kehilangan Makelele adalah awal dari berakhirnya era Los Galacticos," ujar McManaman mengomentari keputusan Perez beberapa tahun kemudian.

Tak Belajar dari Pengalaman

Kesalahan Perez terhadap penjualan Makelele ternyata tidak memberikan cukup pelajaran baginya. Perez kembali mengulang kesalahan saat memutuskan untuk melego Angel Di Maria ke Manchester United pada akhir musim 2013/2014.

Entah apa yang ada dalam pikiran Perez, ia memutuskan menjual Di Maria ke United. Padahal, Di Maria adalah elemen penting keberhasilan Madrid memenangkan Liga Champions di musim 2013/2014.

"Sungguh sedih, saya harus pergi. Namun sebelumnya saya ingin membuat semuanya jelas bahwa kepergian ini sama sekali bukan keinginan saya," ujar Di Maria.

Langkah-langkah kontroversial Perez pun kemudian seolah membuka celah bagi rival mereka, Barcelona untuk memberikan serangan.

"Di Maria terlalu jelek untuk Real Madrid. Dia berbeda dibandingkan Toni Kroos atau James Rodriguez."

"Perez ingin menciptakan tim yang bisa menjual di mata internasional," kata Asisten Direktur Olahraga Barcelona, Carles Rexach.

Perez dan Madrid boleh jadi sukses dalam hal marketing dan pemasaran lewat pemain-pemain top dunia yang diboyong ke Santiago Bernabeu. Fenomena larisnya kostum Beckham dan Ronaldo hanyalah sebagian kecil dari kisah sukses pemasaran Perez saat ia berkuasa di Madrid.

Namun kadang, ambisi untuk membuat Madrid menjadi klub paling menjual dari segi tampilan justru kadang membuat Madrid mengorbankan esensi sesungguhnya dari sepakbola itu sendiri, yaitu performa dan keseimbangan tim di lapangan. (ptr/ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER