Milan, CNN Indonesia -- Silvio Berlusconi sering disebut sebagai Presiden yang terlalu ikut campur dalam urusan strategi dan teknik tim AC Milan. Namun dalam buku biografinya, Berlusconi menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang diktator di Milan.
Berlusconi merupakan salah satu sosok penting di Rossoneri. Usai membeli Milan pada tahun 1986, Berlusconi langsung mengubah Milan kembali jadi salah satu kekuatan besar di Eropa, terutama di era 90-an.
Namun di balik kegemilangannya tersebut, Berlusconi sering disebut terlalu mengatur di Milan. Ia layaknya diktator yang permintaannya harus terus dituruti, termasuk soal formasi tim dan taktik permainan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pernahkah saya mendikte formasi? Tidak. Pernahkah saya memberi saran tentang formasi? Tentu saja saya sering melakukannya," ucap Berlusconi dalam buku biografi yang berjudul 'My Way'.
"Saya selalu berbicara dengan pelatih, mendiskusikan formasi dan para pemain sebelum pertandingan berlangsung. Ketika saya tidak setuju dengan pelatih, maka pelatih lah yang tetap akan memenangkan keputusan itu," katanya melanjutkan.
Berlusconi menegaskan bahwa dirinya sadar benar batasan posisinya sebagai Presiden Milan.
"Saya tidak pernah menggunakan posisi saya sebagai Presiden dan pemilik Milan untuk menempatkan posisi saya di atas kewenangan pelatih (dalam hal strategi)."
"Namun di balik itu, tentu saja pelatih harus bertanggung jawab penuh dengan hasil yang bakal dipetik Milan," ucap Berlusconi.
Berlusconi kemudian memberikan contoh saat dirinya dengan pelatih Milan terlibat diskusi dengan intens, yaitu saat ia sering duduk bersama berbincang-bincang dengan Arrigo Sacchi.
"Kami berdua membicarakn formula sebuah tim yang kiranya bisa benar-benar mengontrol pertandingan."
"Akhirnya Milan benar-benar tampil sebagai sebuah tim yang sangat menikmati pertandingan, menghormati lawan, dan selalu mendapatkan tepuk tangan dari suporter," ucap Berlusconi.
Sesaat sebelum dibeli Berlusconi, Milan merupakan tim yang sedang bolak-balik Serie A-Serie B di awal dekade 80-an. Namun begitu Berlusconi tiba, tak butuh waktu lama bagi Milan untuk jadi raja Italia dan raja Eropa.
Selama Berlusconi memimpin Milan, Rossoneri berhasil merebut titel juara Serie A delapan kali, lima trofi Liga Champions, dan tiga mahkota juara Piala Dunia Antar Klub (Piala Interkontinental).
(ptr/ptr)