Jakarta, CNN Indonesia -- Atlet-atlet imigran papan atas yang kini tak memiliki negara untuk diwakili tetap bisa berkompetisi di Olimpiade Brasil 2016 di bawah bendera Olimpiade, demikian dinyatakan presiden Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach.
Diberitakan
Reuters, hal ini disampaikan Bach di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Senin (26/10).
Total 180 dari 193 negara anggota PBB mendukung resolusi untuk menghargai perjanjian damai Olimpiade. Perjanjian tersebut akan dimulai tujuh hari sebelum Olimpiade 2016 dimulai pada 5 Agustus, hingga tujuh hari setelah ajang Paralimpik selesai (7-18 September 2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Olimpiade adalah waktu ketika kita menghidupkan nilai-nilai toleransi, solidaritas, dan kedamaian," kata Bach dalam pernyataannya. "Ini adalah waktu ketika komunitas internasional bersama-sama berkompetisi dengan damai."
"Di kampung Olimpiade, kami ingin melihat toleransi dan solidaritas dalam bentuk yang paling murni. Atlet-atlet dari 206 Komite Olimpiade Nasional akan tinggal bersama dalam harmoni tanpa adanya diskriminasi."
Bach memproklamasikan niatnya setelah Eropa berusaha mengatasi gelombang imigran yang datang untuk menyelamatkan diri dari perang dan kemiskinan di negara-negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia.
"Saat ini, atlet-atlet tersebut tidak memiliki kesempatan berpartisipasi di Olimpiade kalaupun mereka dinyatakan lolos kualifikasi dari sudut pandang keolahragaaan. Dengan status imigran, mereka tidak memiliki negara dan Komite Olimpiade Nasional untuk dibela."
"Tanpa tim nasional yang mereka bela, tanpa bendera yang bisa diusung, tanpa lagu kebangsaan yang bisa dimainkan, para atlet imigran ini akan disambut di ajang Olimpiade dengan menggunakan bendera Olimpiade dan juga lagu kebanggaan Olimpiade."
"Mereka akan memiliki rumah bersama-sama dengan 11 ribu atlet lainnya dari 206 Komite Olimpiade Nasional di kampung Olimpiade."
(vws)