Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Akron memang kota kelima terbesar di negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Tapi jumlah penduduknya tak lebih dari dua ratus ribu jiwa. Teramat kecil untuk dikatakan sebagai kota besar.
Namun dalam peta bola basket Amerika saat ini, Akron menjadi penting. Di final kompetisi NBA 2014/2015 antara Cleveland Cavaliers dan Golden State Warriors, dua warga Akron terlibat: LeBron James dan Stephen Curry.
Bukan sekadar terlibat. Keduanya menjadi bintang bagi tim masing-masing: James untuk Cleveland Warriors dan Curry untuk Golden State Warriors.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keduanya saling mempertontonkan aksi-aksi dengan level lebih tinggi dari ketimbang pemain satu tim mereka.
James yang sudah satu dekade menjadi salah satu bintang NBA terpaksa mengaku tunduk di tangan Curry. Golden State Warriors menjadi juara dengan mengalahkan Cleveland Cavaliers 4-2.
Nama belakang Curry di NBA tidak asing. Ayah Stephen Curry adalah Dell Cury, seorang shooting guard dan pernah memperkuat tim basket NBA seperti Utah Jazz, Cleveland Cavaliers, Charlotte Hornets, Milwaukee Bucks, dan Toronto Raptors semasa menjalani karir profesional basket (1986-2002).
Curry muda mengenakan kostum bernomor punggung 30 sama seperti ayahnya dahulu. Bersama Warriors berbagai prestasi individual telah diraihnya: MVP NBA (2015), NBA All Star (2014-2015), NBA Threepoint Shoot-out champion (2015), NBA Sportsmanship Award (2011), dan NBA All-Rookie First Team (2010).
Hubungan Warriors dengan Curry secara profesional sudah terjadi sejak Juli 2009 usai menandatangani kontrak empat tahun senilai US$12,7 juta dolar.
Jumlah yang tidak besar sebenarnya.
Akan tetapi, lambat laun Curry berkembang pesat dan membuktikan harga itu sungguh murah. Terutama ketika menjadi bintang yang membawa Warriors juara NBA musim 2014-2015.
Ini pertama kali Warriors menjadi juara NBA setelah 1975 silam. Sebelumnya Warriors pernah juga menjadi juara pada 1947 dan 1956
Lalu mengapa Warriors perlu waktu 40 tahun untuk dapat menjadi juara lagi?
Salah satunya jawabannya antara lain karena dalam masa itu mereka tak pernah memiliki pemain seperti Stephen Curry, atau pemain bintang sekelas Michael Jordan, Shaquile O'Neal, Kobe Bryant, dan legenda lainnya.
 Guard Golden State Warriors Stephen Curry (30) melewati bintang LA Lakers Kobe Bryant (24). Setelah era Bryant akan berakhir--yang menyatakan akan pensiun di akhir tahun--, NBA kini memiliki calon legenda yakni Curry. (Reuters/Kyle Terada-USA TODAY Sports) |
Terakhir kali Warriors mempunyai seorang pemain bintang adalah pada era Wilt Chamberlain (1959-1965). Center Warriors tahun 1950an –ketika masih bernama San Francisco Warriors – yang pernah terpilih menjadi salah satu pemain NBA All Star, NBA Rookie of The Year, NBA scoring champion, dan NBA All Star Game MVP.
Benar bahwa basket adalah permainan kelompok. Tetapi kelompok membutuhkan bintang sebagai senjata. Butuh pedang yang tajam. Dan Curry adalah senjata itu.
Pencetak poin sekaligus pengatur permainan. Pemain lainnya seperti baju besi yang menempel di tubuh kesatria tersebut bak pelindung dan pembuka jalan.
Ini terlihat pada pembuka musim 2015-2016, ketika Warrios menjadi tim yang terhebat. Mereka berhasil mencatat rekor baru kemenangan beruntun di awal musim NBA yakni 24 kemenangan tanpa kalah. Melewati catatan kemenangan beruntun awal musim sebelumnya yang dibuat oleh Miami Heat dengan 23.
Catatan kemenangan Warriors hanya bisa diraih karena Curry menjadi pusat dari segalanya. Naik turunnya permainan tergantung pada pemain satu ini. Dan hampir selalu ia menjadi pencetak poin terbanyak di setiap pertandingan.
 Guard Golden State Warriors Stephen Curry (kanan) dan forward Cleveland Cavaliers LeBron James (kiri) adalah dua bintang basket NBA saat ini yang berasal dari Akron. (Reuters/Bob Donnan-USA TODAY Sports) |
Celakanya pedang menjadi tumpul ketika terlalu sering dipakai. Baju besi juga rapuh ketika terlalu sering diadu. Dan itulah yang terjadi pada Sabtu malam, 12 Desember 2015.
Rekor kemenangan beruntun awal musim Warriors akhirnya harus berakhir usai kalah dari Milwauke Bucks dengan skor 95-108 di BMO Harris Bradley Center, Milwauke.
Curry masih mencetak 28 angka. Tetapi ia juga menyia-nyiakan kesempatan yang parah: hanya mencetak dua three pointer dari Sembilan kesempatan. Amat sangat jarang terjadi.
Permainannya malam itu juga sangat biasa untuk standardnya. Tak terlalu banyak penetrasi individual maupun umpan-umpan yang merobek pertahanan lawan. Terlalu bukan Stephen Curry.
Akibatnya baju besi (rekan satu timnya) juga tak cukup mampu berfungsi. Ke belakang mereka digempur habis, ke depan mereka dihajar habis.
Ini bukan berarti Stephen Curry sudah habis. Atau juga The Warriors sudah tidak lagi perkasa. Jauh dari itu.
Dalam pertandingan tidak ada jaminan kemenangan yang terus menerus. Hanya bagi yang biasa menang, kekalahan selalu mengejutkan. Dan selalu saja, biasanya, sang bintang yang akan menjadi sorotan.
Mungkin ini sedikit langkah mundur saja agar pedang itu bisa diasah kembali dan baju besi sempat diperbaiki. Agar Stephen Curry menjadi tajam kembali dan baju besi itu kokoh kembali.
(dlp)