Jakarta, CNN Indonesia -- Akhirnya, hampir tiba juga Kobe Bryant di ujung kariernya. Pebasket Los Angeles Lakers tersebut akan melakoni laga profesional terakhirnya di NBA.
Pria bernomor punggung 24 itu akan memainkan laga terakhir di markas LA Lakers, Staples Center, Los Angeles, Rabu (13/4) malam waktu setempat atau (14/4) siang WIB. Lakers akan menghadapi Utah Jazz di laga terakhir musim reguler NBA tersebut.
Kegagalan Lakers menembus babak play-off NBA telah membuat musim tim tersebut berakhir di laga esok. Pertandingan terakhir Lakers pun mengundang perhatian besar publik basket, terutama di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir
ESPN, setidaknya 500 awak media mengajukan diri untuk meliput langsung pertandingan terakhir Bryant tersebut. Jumlah itu meningkat dua kali lipat dari peliput pertandingan di Staples Center pada umumnya.
Berbicara tentang ujung kariernya, seperti dikutip dari
USA Today, Bryant mengatakan, "Saya bersyukur. Saya tidak sedih sama sekali. Saya meninggalkan sebuah pijakan, saya telah memberi segalanya untuk permainan ini selama 20 tahun di NBA dan lebih lagi sebelum itu. Jadi saya merasa sangat berterima kasih bisa bermain selama ini."
Berakhirnya karier Bryant juga membuat pemain berusia 37 tahun itu menjadi pemain paling loyal untuk sebuah tim. Ia mematahkan rekor sebelumnya yang dimiliki John Stockton selama 19 tahun bersama Jazz.
Dalam masa 20 tahun karier Bryant di Lakers, pria berusia 37 tahun ini sudah mengalami berbagai pergantian masa di Lakers.
Saat ia datang ke Lakers pada 1996, Lakers tengah berusaha membangkitkan momen kejayaan mereka yang terakhir kali ada pada era 80-an.
Bryant yang merupakan pemain muda berbakat direkrut sebagai bagian dari proyek masa depan. Hampir bersamaan, Shaquille O'Neal yang telah bersinar bersama Orlando Magic juga dipinang.
Duet Bryant-O'Neal mampu menghadirkan tiga mahkota juara bagi Lakers secara beruntun 1999/2000, 2000/2001, dan 2001/2002.
Sayang hubungan pribadi yang buruk di antara keduanya membuat duet Bryant-O'Neal tak bertahan lama. O'Neal hengkang meninggalkan Bryant sendirian di Lakers.
Sepeninggal O'Neal, Bryant menjadi tulang punggung utama tanpa rekan sepadan yang bisa memberinya bantuan. Beban Bryant mulai sedikit terangkat setelah Pau Gasol datang ke Lakers di akhir 2000-an. Duet Bryant-Gasol jadi poros keberhasilan Lakers di pengujung era 2000-an.
Setelah Gasol, Lakers sempat merekrut Dwight Howard yang diproyeksikan sebagai duet Bryant berikutnya. Namun ternyata Howard tidak cocok di Lakers sehingga hanya menghabiskan satu musim di Los Angeles.
Bryant memang tak seperti Stockton yang memiliki duet abadi yaitu Karl Malone sepanjang kariernya di Jazz. Bryant juga tak seberuntung Tim Duncan yang ditemani oleh Tony Parker dan Manu Ginobili untuk waktu yang lama.
Namun hal itu justru membuat Lakers dalam dua dekade terakhir hanya akan identik pada satu nama, Bryant.
(kid)