Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan petinju kelas berat, George Foreman, yang pernah menjalani pertarungan legendaris melawan Muhammad Ali mengenang kepergian petinju Amerika Serikat tersebut.
"Muhammad Ali adalah sesuatu yang Anda tidak akan pernah lihat sebelumnya. Saya bertemu dengan orang yang paling menyenangkan, paling tampan yang pernah saya temui dalam hidup saya, dan dia adalah seorang petinju. Dirinya juga dimiliki oleh para pekerja seni, politikus, dan juga ilmu pengetahuan, sebuah fenomena yang tidak akan kami lihat lagi," kata Foreman seperti yang dikutip dari Reuters (6/6).
Ali meninggal dunia di usia 74 tahun pada Jumat (3/6) di Phoenix, Arizona, setelah berjuang melawan komplikasi pernapasan sehari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah pensiun dari dunia tinju pada 1981, kondisi peraih medali emas Olimpiade Roma 1960 di tinju kelas ringan tersebut terus menurun. Sepanjang hidupnya, Ali mesti berjuang melawan penyakit parkinson yang ia derita sejak 1984. Petinju yang memiliki julukan 'Yang Terhebat/The Greatest' ini memiliki catatan rekor pertarungan 61 kali menang (37 di antaranya menang KO) dan 5 kali kalah.
Foreman sendiri merupakan petinju yang tidak kalah hebat dengan Ali di eranya. Peraih medali emas Olimpiade Meksiko 1968 di tinju kelas berat tersebut memiliki catatan rekor pertarungan 81 menang (68 diantaranya menang KO) dan 5 kali kalah.
Foreman juga merupakan petinju terakhir dari generasi emas tinju kelas berat yang melahirkan nama-nama legendaris seperti Ali, Joe Frazier, Floyd Patterson, Henry Cooper, atau Sonny Liston. Frazier telah meninggal dunia pada 2011 lalu.
"Saya selalu mengatakan kepada yang lainnya bahwa kami semua sebenarnya terhubung. Kami seperti satu orang yang sama. George Foreman, Muhammad Ali, dan Joe Frazier, semuanya adalah satu orang," kata Foreman.
"Sebagian dari saya mati bersama Ali. Dan itu adalah bagian terpenting. Sangat sukar bagi saya untuk membayangkan dunia tanpa seorang Muhammad Ali."
Ali merupakan orang yang pertama kali mengalahkan Foreman pada 30 Oktober 1874 silam di Stade du 20 Mai, Kinshasa, Zaire (sekarang Republik Kongo). Kala itu Foreman kalah KO dari Ali di ronde ke-8, membuatnya kehilangan gelar The Ring, WBC & WBA kelas berat.
"'The rumble in the jungle', saya menyebutnya the 'mugging in the jungle'. Saya pergi ke sana dengan dua gelar kelas berat, tapi pulang tanpa gelar," ucap Foreman.
Kendati begitu, usai pertarungan besar tersebut keduanya malah berteman dekat. Foreman mengaku sering bertemu dengan Ali dan berdiskusi tentang agama, mengingat Ali merupakan sosok yang juga religius.
"Kami berdebat begitu banyak hal dan berharap kami dapat bertemu kembali dan lalu berdebat lagi. Akan tetapi perdebatan tersebut selalu berakhir dengan pelukan erat, dia mencintai saya," ujar Foreman.
(vws)