Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Ujung-ujungnya duit. Predikat yang dimiliki Formula One (F1) sebagai olahraga paling mahal di dunia membuat Rio Haryanto terancam menjadi korban teranyar. Tanpa sokongan dana yang kuat, Rio harus terdepak dari Manor Racing.
Kekurangan dana hingga 7 juta euro membuat Rio berpeluang hilang kesempatan tampil di sembilan seri tersisa F1 2016. Segala cara sudah dilakukan pihak Rio. Mencari sponsor baru ke sana kemari. Pemerintah lewat Kemenpora pun ikut membantu.
Namun, hasilnya hingga kini masih nihil. Hingga saat ini hanya Pertamina yang mau memberikan dana hingga 5 juta euro untuk Rio.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal Rio memang memiliki kesepakatan dengan Manor hingga akhir musim. Tim asal Inggris itu pun selalu membuka pintu dan ingin menggunakan jasa Rio hingga akhir musim. Syaratnya hanya satu. Membayar 15 juta euro secara penuh.
Manor bukanlah tim mata duitan. Tim asal Inggris itu sedang merintis untuk menjadi tim yang mapan di F1. Beberapa kali sempat mengalami masalah finansial ketika masih bernama Virgin Racing dan Marussia, sebelum berubah nama menjadi Manor Racing musim ini.
Berbeda dengan tim-tim pabrikan yang sudah mapan, Manor berusaha memaksimalkan sumber daya yang ada untuk mendapatkan sponsor. Bahkan Alexander Rossi yang saat ini menjadi pebalap cadangan Manor, harus membayar hanya untuk menjadi cadangan Rio dan Pascal Wehrlein.
Kekurangan biaya sekitar 7 juta euro atau sekitar Rp100 miliar mungkin terlihat kecil di dunia F1. Jumlah itu terlihat kecil jika melihat tim-tim mapan seperti Ferrari, Mercedes, dan Red Bull Racing membayar para pebalap mereka.
Sebastian Vettel contohnya. Juara dunia F1 empat kali asal Jerman itu mendapat gaji hingga 45 juta euro per tahun dari Ferrari. Sedangkan Fernando Alonso digaji 36 juta euro per tahun oleh McLaren.
Sial bagi Rio. Selain memperkuat tim yang belum mapan, Rio dalam posisi terjepit di momen yang salah. Rio membutuhkan bantuan dana di saat olahraga Indonesia sedang membutuhkan banyak biaya.
Tampil di Olimpiade 2016 Rio, persiapan SEA Games 2017, hingga persiapan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 membutuhkan banyak biaya.
Kalau pun olahraga Indonesia sedang tidak membutuhkan banyak biaya, memberi bantuan Rp100 miliar hanya untuk seorang Rio pasti akan menimbulkan kontroversi di masyarakat. Akan ada banyak suara: "Lebih baik uang itu untuk mengatasi kemiskinan, pendidikan, atau membiayai vaksin gratis."
Kurang diminatinya ajang F1 di Indonesia juga menjadi salah satu faktor kenapa Rio sulit mendapatkan sponsor tambahan. Andai Rio seorang pesepakbola yang membutuhkan uang untuk bisa memperkuat Manchester United di Liga Primer Inggris, maka ceritanya akan lain.
Dan faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah prestasi Rio yang minim hingga kini. Rio hampir selalu finis di posisi terakhir dan berada di dasar klasemen sementara. Terakhir Rio kembali finis di posisi buncit pada balapan GP Jerman.
Sulit bagi Rio menarik perhatian sponsor baru jika prestasinya di atas lintasan sirkuit tidak mengilap. Bahkan sponsor dari Asia sekalipun seperti yang manajemen Rio harapkan di paruh kedua musim.
Sejak awal masyarakat Indonesia seharusnya mampu mengatur harapan terhadap prestasi Rio di ajang F1. Posisi Rio yang berada di dasar klasemen saat ini bukan sesuatu yang mengejutkan, dengan pengalaman yang dimilikinya serta tim papan bawah yang diperkuatnya.
Namun, dengan keberhasilannya menjadi pebalap pertama asal Indonesia yang tampil di ajang F1, Rio pantas mendapat apresiasi. Pasalnya, selalu tidak mudah menjadi yang pertama. Dibutuhkan nyali yang besar.
Bukan hanya pengalaman yang dibutuhkan Rio, tapi juga nyali besar. Nyali untuk menghadapi bully yang banyak didapatnya. Hampir setiap habis balapan F1, akan ada banyak cemoohan yang didapat Rio lewat media sosial.
Jika benar-benar gagal melanjutkan petualangan di paruh kedua musim bersama Manor, Rio setidaknya yang paling diuntungkan. Status pebalap pertama dari Indonesia pada ajang F1 sudah menaikkan nilai jualnya. CV pebalap kelahiran 22 Januari 1993 itu jadi semakin lengkap.
Akan mudah bagi Rio dalam perjalanan kariernya setelah tampil di F1. Akan lebih mudah 'menjual' Rio untuk mendapatkan sponsor di seri balapan lainnya. Ya, setidaknya jika tidak lagi beraksi di atas sirkuit, Rio bisa dengan mudah memiliki karier di bidang lainnya.
Kita ambil contoh Alex Yoong. Pebalap pertama asal Malaysia yang mampu tampil di F1 itu saat ini sedang menjalani karier yang bagus di dunia media dengan menjadi pengamat F1.
Kita tentunya masih berharap Rio bisa mendapatkan sponsor tambahan untuk bisa meneruskan kariernya di F1. Tapi, tanpa adanya sponsor tambahan, Rio harus go!
(dlp)