Jakarta, CNN Indonesia -- Pernahkah pelipis Anda dipukul seseorang hingga berdarah, lalu setelahnya Anda berpelukan dan mengucapkan terima kasih?
Hal seperti itu nyaris tidak terjadi di dunia nyata. Uniknya, di dalam 'kandang' pertarungan seni bela diri campuran (Mixed Martial Arts) ONE Championship, keanehan itu bisa ditemui.
Perilaku sportif tersebut sempat ditunjukkan petarung berdarah Kamerun, Alain Ngalani (2-2-0), saat bertarung melawan petarung Brasil, Alexandre Machado (7-2-0) di Makau pada 13 Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ayal, sikap Ngalani tersebut merebut simpati publik Makau, meski sebenarnya Machado mengantongi rekor pertemuan yang lebih baik.
CEO ONE Championhsip, Victor Cui, mengatakan sesungguhnya para petarung di MMA menggambarkan loyalitas, kepercayaan, dedikasi, dan kerja keras.
"Itulah yang terpenting. Setelah pertarungan mereka saling menghormati dan berterima kasih untuk mengatakan, 'Terima kasih telah memberikan kesempatan saya untuk bertarung, untuk menakar kemampuan yang saya miliki.' Itulah nilai yang ditampilkan di sini," kata Victor kepada CNNIndonesia.com, di Makau beberapa waktu lalu.
Ngalani, pria 41 tahun yang kini membela Hong Kong, adalah petarung yang paling mencolok dan menarik perhatian dalam ajang tersebut. Julukan 'The Panther' yang disandangkan kepadanya cukup menggambarkan dirinya yang berkulit hitam botak dan berwajah sangar.
Penampilannya cukup menyeramkan dengan tinggi sekitar 180 cm dan berat 120,2 kilogram.
Keganasan Ngalani dalam menumbangkan lawan-lawannya sempat ditampilkan lewat rekaman video sebelum pertarungan. Video itu semakin membuat para penonton di Cotai Arena, The Venetian, Makau, terpana.
Meski sorakan penonton lebih sering terarah pada Ngalani, Machado tak kehilangan fokusnya untuk mengalahkan petarung tersebut. Dan terbukti, pengalaman bertarung Machado membuat Ngalani tak berkutik dari ronde pertama.
Gagal membawa Machado untuk bermain atas, Ngalani akhirnya tumbang di awal ronde ke-2 dengan TKO. Ngalani tak berkutik setelah kepalanya dihujam pukulan dari belakang. Begitu wasit menghentikan pertandingan, Machado langsung menangis dan bersujud di tengah arena. Ia seakan baru saja mengalahkan petarung terbaik di dunia.
Ngalani sendiri menerima kekalahannya dengan lapang dada. Ia kemudian menghampiri Machado, memeluknya, mengucapkan selamat, dan pergi meninggalkan arena tarung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI), sportivitas adalah sikap adil (jujur) terhadap lawan, sikap bersedia mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan atau kekalahan (kelemahan, kesalahan) sendiri.
Sportivitas dalam ajang MMA barangkali hampir sama dengan olahraga bela diri lainnya seperti karate, taekwondo, dan sejenisnya. Punya aturan main, sehingga tidak seutuhnya terlihat seperti pertarungan pinggir jalan atau tarung partai-nya anak-anak sekolahan.
Namun beragam kombinasi teknik tarung ditambah dengan gabungan dua atau lebih ilmu bela diri, membuat pertarungan MMA seakan lebih brutal dari ajang bela diri lain.
Kebrutalannya sekejap dapat membuat seseorang berpikiran bahwa ini adalah olahraga sadis. Kendati begitu, setidaknya lewat pertarungan Ngalani terlihat, sportivitas tetap dijunjung tinggi dan para petarung dapat menampilkan kelembutan di balik kebrutalan.
(vws)