Sejumlah atlet senior yang telah mencicipi pengalaman internasional diharapkan tidak lagi terlibat di PON agar membuka peluang bagi atlet muda.
"Saya cukup terbuka untuk mempertimbangkannya (batasan atlet senior di PON), tapi ini perlu didiskusikan dengan pengurus," kata Gita yang ditemui di Jakarta, Senin (3/10) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin atlet usia 15 tahun bertanding di PON, sementara untuk usia 25 tahun ke atas dan yang sudah berpengalaman apakah masih perlu ikut PON? Ini semua masih dalam kecenderungan pola pikir."
PON Jawa Barat 2016 menjadi contoh bahwa medali emas masih didominasi atlet senior yang sudah tampil di level internasional.
Pada cabang bulutangkis misalnya. Praveen Jordan yang sudah mencicipi Olimpiade Rio 2016, juga ikut ambil bagian di PON Jawa Barat XIX. Alhasil, Praveen sukses merebut medali emas bersama Melati Daeva Oktavianti di nomor ganda campuran.
Sementara di cabang angkat besi, Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni Agustiani yang masing-masing mendapat medali perunggu dan dan perak di Olimpiade 2016, pun berhasil merebut emas PON dengan mudah.
Sejumlah atlet Olimpiade lainnya seperti La Memo (dayung) dan atlet lompat jauh Maria Natalia Londa, pun sukses merebut emas.
Sejumlah kontingen PON 2016 mengaku keberatan bila atlet-atlet berpengalaman masih tampil di even nasional sekelas PON. Salah satunya adalah ketua Tim Advance Maluku Utara, M Ikhsan Usman.
"Seharusnya begitu (atlet olimpiade tidak tampil di PON). Di bulutangkis saja kemampuan atletnya tidak usah diragukan lagi. Masa ajang sekelas PON harus ikut? Itu yang sangat disesalkan," katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.