Asa yang Tak Pernah Surut di Panggung Tenis Meja Difabel

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Minggu, 23 Okt 2016 14:16 WIB
Leli Marlina dan Nikmat Derita punya jalan berbeda hingga menjadi atlet tenis meja difabel. Tapi keduanya punya mimpi yang sama: mengharumkan nama Indonesia.
Pasangan ganda putri tenis meja Peparnas Riau, Leli Marlina/Nikmat Derita. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala pelatih atlet tenis meja difabel Riau, Syahrial Ariawi, tak sanggup menahan haru setelah timnya bertanding melawan Jawa barat dalam Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) tengah pekan lalu.

Ia tak sedang menangisi kekalahan dengan skor 0-3, tapi mengingat-ingat perjuangan Leli Marlina (18) dan Nikmat Derita (26) sejak Januari lalu untuk tampil di Peparnas. 2016.

Leli dan Nikmat adalah atlet difabel pertama yang pernah ia tangani. Sebelumnya, ia merupakan pelatih tenis meja Riau untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Melatih para atlet difabel itu berbeda," kata Syafrial kepada CNNIndonesia.com sambil menahan air mata dan nada bicara yang bergetar.

"Luar biasa itu semangat anak-anak. Sangat luar bisa sekali, saya sangat bersyukur bisa mengenal atlet-atlet difabel ini. Semangat kerja kerasnya luar biasa, disiplin, tidak pernah melawan pelatih dan mengikuti apa yang dikatakan pelatih. Saya berdoa kepada mereka yang baik."

Sebelum bermain di nomor ganda putri, Leli/Nikmat merupakan pemain tunggal putri. Keduanya memiliki keterbatasan yang berbeda, tapi saling melengkapi ketika sedang bermain tenis meja.

Leli merupakan gadis remaja yang memiliki keterbatasan fisik di kaki dan tangan. Bukan sejak lahir, tapi karena musibah yang ia alami empat belas tahun lalu.

"Leli umur empat tahun ketimpa pohon kelapa. Saya sedang pulang dari ambil rapor sama orang tua, lalu di jalan tiba-tiba ada pohon tumbang. Yang kena tiga orang: satu meninggal di tempat. satu selamat, terus yang satu lagi saya," ucap Leli yang kini duduk di bangku SMA kelas 3 tersebut.

Musibah itu membuat kaki kiri Leli tak terselamatkan.

Dengan mengandalkan satu kaki kanan dan tangan kanan yang masih sempurna, Leli tampak tak kesulitan bermain tenis meja. Kakinya cukup kuat dan terlatih untuk membawanya berpindah tempat dengan cara melompat.

Berbeda dengan Leli, keterbatasan Nikmat adalah bawaan dari lahir. Tangan kanannya lebih pendek dan jari tangan yang kurang sempurna.

"Kami bermain sudah tidak ada beban, itu yang terbaik kami keluarkan. Tidak puas, tapi harus menerima kekalahan kami sebagai juara dua," ujar Nikmat menanggapi kekalahannya melawan Jawa Barat.

Perkenalan dengan Tenis Meja

Leli baru terjun ke dunia olahraga tenis meja pada 2015. Awalnya, Leli hanya coba-coba saja bermain tenis meja.

"Saya diperkenalkan dengan seorang pelatih tenis meja pernah ikut ajang (olahraga disabilitas) ini," ujar peraih medali perunggu di ASEAN Para Games Singapura 2015 tersebut.

Sebagai atlet difabel, tak jarang Leli mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan saat awal mula bermain tenis meja.

"Waktu latihan, ada (suasana) seperti diremehkan begitu karena kondisi Leli. Kalau di Riau, Leli ikut klubnya bareng dengan atlet normal, hanya Leli saja yang begini."

"Cara mengatasinya (perlakuan remeh) dengan ketawa saja dan menunjukkan lewat permainan terbaik," ujarnya menambahkan.

Tak seperti Leli, Nikmat sudah sejak kelas 3 SD memegang bet dan hobi bermain tenis meja.

"Saya awalnya ikut tim NPC (Komite Paralimpiade Indonesia) tidak niat hati, karena saya merasa diri saya tidak berkekurangan. Kemudian saya diperkenalkan oleh seorang atlet renang yang mencari atlet baru. Saya di seleksi dan lolos pada 2007."

"Yang memotivasi orang tua khususnya bapak saya. Dan terutama suami dan anak saya," tutur Nikmat yang juga berprofesi sebagai guru SMP honorer di Pekanbaru tersebut.

Selama menjadi atlet difabel, Nikmat mengaku mendapat banyak pelajaran berharga. Ia bersyukur keterbatasan yang ia punya sedikit lebih baik daripada kawan-kawannya yang lain.

"Ternyata di luar sana masih banyak yang berkekurangan daripada diri saya. Awalnya saya merasa diri saya rendah, 'Kenapa diri saya seperti ini yang lain tidak?' Ternyata setelah saya gabung di NPC, banyak yang lebih parah disabilitasnya dari saya," tuturnya menambahkan.

Mendatang, Nikmat pun ingin seperti Leli yang sudah memiliki kesempatan bermain tenis meja di luar negeri. "Ingin bermain di luar negeri, ikut Paragames. Itu memang cita-cita kita sebagai atlet, bisa mengharumkan nama Indonesia. Selama ini saya hanya mengharumkan nama Provinsi," katanya.

Keduanya pun berpesan agar para kaum disabilitas jangan pernah patah semangat dalam menjalani hidup.

"Buat teman-teman di luar sana jangan pernah menyerah. Anda pasti bisa, yang penting Anda semangat. Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan, jangan pernah merasa malu atau rendah. Kalian pasti bisa, semangat!" ucap Nikmat.

"Untuk teman-teman (disabilitas) yang ada di luar sana, pokoknya jangan malu. Walupun kita punya kekurangan, pasti ada kelebihannya. Yang penting semangat!" demikian Leli melanjutkan. (vws)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER