Jakarta, CNN Indonesia -- Paul Pogba tertunduk lesu di Stadion Britannia. Ajakan bertukar kostum yang dilakukan bek Stoke City Erik Pieters tidak digubrisnya.
Entah apa yang ada di benak Pobga usai Manchester United ditahan imbang Stoke City 1-1 pada lanjutan Liga Primer Inggris, Sabtu (21/1). Yang pasti, gelandang dengan banderol pemain termahal di dunia itu bermain buruk.
Layaknya seorang komponis memimpin sebuah orkestra, Pogba mendapat panggung dari Jose Mourinho untuk menjadi pengatur serangan ketika melawan Stoke. Panggung pembuktikan dirinya pantas dibanderol mahal.
Pogba benar-benar diberi kebebasan oleh Mourinho di lini tengah. Juan Mata dan Henrikh Mkhitaryan ditarik keluar di babak kedua. Bahkan Ander Herrera yang notabene berstatus sebagai gelandang serang, justru bermain di belakang Pogba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya? Nol besar. Pogba justru terlihat merusak permainan MU. Setiap menguasai bola ketika MU membangun serangan balik, Pogba kebingungan dan memperlambat transisi.
Seperti ada banyak pertanyaan di benak Pogba ketika mengontrol bola. 'Apakah saya harus menggocek? Apakah saya harus mengumpan? Apakah saya harus coba menendang ke gawang?'.
Pogba sering membuat keputusan yang salah, terlepas dari satu umpan cantik ke Zlatan Ibrahimovic di babak pertama. Alhasil, penampilan Pogba justru merusak permainan MU. Orkestra yang dipimpin sumbang.
Jika melihat penampilan Pogba ketika melawan Stoke, sepertinya MU salah menjadikan gelandang 23 tahun itu sebagai pemain termahal di dunia setelah dibeli dari Juventus dengan transfer 105 juta euro.
Pogba merupakan pemain pertama asal Perancis sejak Zinedine Zidane pada 2001 yang menjadi pesepakbola termahal di dunia. Tidak adil memang untuk membandingkan Zidane dengan Pogba.
Ketika Zidane menjadi pesepakbola termahal, mantan kapten timnas Perancis itu sudah menyabet gelar pemain terbaik dunia dan hampir meraih semua gelar yang ada, termasuk Piala Dunia dan Piala Eropa. Sementara Pogba baru memulai karier profesionalnya pada 2011. Pogba saat ini masih berevolusi menjadi pesepakbola yang konsisten.
Tidak dipungkiri lagi Pogba memiliki talenta untuk menjadi pesepakbola terbaik dunia suatu saat ini. Namun, mantan pemain tim akademi Le Havre itu harus bisa membagi fokus antara kariernya sebagai pesepakbola dengan kehidupan di luar lapangan.
Belakangan Pogba lebih banyak mendapat perhatian karena gaya rambut atau keberhasilannya menjadi pemain pertama Liga Primer yang mendapat emoji, daripada penampilan apiknya di atas lapangan.
(bac)