Teror Bom yang Hampir Mengakhiri Karier Valentino Rossi

CNN Indonesia
Kamis, 16 Feb 2017 10:08 WIB
Valentino Rossi mendapat paket berisi bom yang dikirim kelompok anarkis Spanyol-Italia. Rossi diminta untuk mengakhiri kerja sama dengan Repsol Honda.
Valentino Rossi mendapat teror dari kelompok anarkis setelah memastikan gelar juara dunia MotoGP 2002. (AFP PHOTO / PAUL CROCK)
Jakarta, CNN Indonesia -- Valentino Rossi menjadi pusat perhatian dunia internasional pada 2002. Bukan hanya karena prestasinya meraih gelar juara dunia MotoGP untuk kali kedua, tapi juga karena dia mendapatkan teror. Sebuah teror yang hampir mengakhiri kariernya.

Kelompok anarkis mengirimkan paket bom yang ditujukan untuk Rossi menggunakan Iberia Airlines. Rossi mendapat teror karena dituduh memiliki kontrak khusus bersama Repsol, sebuah perusahaan raksasa minyak terbesar di Spanyol, yang juga sponsor utama Honda MotoGP.

Adalah kelompok bernama 'The Five C' yang digadang sebagai dalang dari aksi teror terhadap Rossi, Iberian Airlines, dan Repsol. The Five C menuntut pembebasan beberapa anggota mereka yang ditahan karena kasus pembunuhan dan juga tahanan politik. Kelompok ini terkenal di Spanyol dan Italia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Valentino Rossi merebut gelar juara dunia MotoGP 2002 bersama Repsol Honda.Valentino Rossi merebut gelar juara dunia MotoGP 2002 bersama Repsol Honda. (AFP PHOTO / KEITH MUIR)
The Five C juga mengirim paket bom ke kantor suratkabar Spanyol El Pais dan stasiun televisi Italia RAI. Beruntung semua bom berhasil dijinakkan. The Five C juga diyakini sebagai pihak di balik ancaman bom yang berhasil dijinakkan di Katedral Milan pada Desember 2000.
Valentino Rossi lebih memilih tinggal di rumahnya di Inggris. Jika berada di Italia, The Doctor mendapat kawalan dari polisi militer Italia.

Rossi yang pada 2002 masih 23 tahun, diminta untuk memutuskan kontrak dengan pihak Repsol Honda atau pebalap asal Italia itu bakal menerima konsekuensi dari keputusannya.

Bagi pebalap berjuluk The Doctor, situasi yang dihadapinya tidak mudah. Keterbatasan berinteraksi membuatnya frustrasi. Rossi pun hampir memilih mengakhiri kariernya sebagai pebalap MotoGP di tahun ketiganya tampil di kelas primer Grand Prix.

"Saya takut karena tidak ada yang bisa saya lakukan. Kontrak saya secara eksklusif dengan tim (Honda) dan saya tidak dapat memilih para sponsor," kata Rossi La Gazzetta dello Sport.

Buat Rossi, 2002 adalah satu-satunya tahun di mana dia gagal menjalani liburan. Atas teror tersebut, Rossi menjadi orang terakhir yang memastikan kehadirannya pada malam penghargaan bersama Federasi Sepeda Motor Internasional (FIM).

Pebalap yang kini sudah mengoleksi tujuh gelar juara dunia MotoGP itu disarankan tidak tampil di depan umum dan berhati-hati untuk tidak banyak berinteraksi dengan dunia luar.

Valentino Rossi sempat merasakan frustrasi karena teror bom pada 2002. Keluarganya pun panik.Valentino Rossi sempat merasakan frustrasi karena teror bom pada 2002 dan keluarganya pun panik. (AFP PHOTO / PAUL CROCK)
Selama teror itu berlangsung, Rossi lebih memilih tinggal di rumahnya di Inggris. Jika berada di Italia, The Doctor mendapat kawalan dari polisi militer Italia. Bahkan pihak keamanan selalu memantau setiap surat elektronik yang didapat Rossi.

Beruntung bagi Rossi, pemerintah Italia dan Spanyol berhasil membatasi pergerakan kelompok The Five C. Pria yang dianggap sebagai pebalap terhebat dalam sejarah Grand Prix itu pun bisa menjalani kariernya dengan tenang hingga kini.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER