ANALISIS

Liverpool Seharusnya Bisa Menang di King Power

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Senin, 27 Feb 2017 18:58 WIB
Liverpool telah mendapatkan momentum kemenangan atas Tottenham Hotspur dua pekan lalu, selain itu Leicester sedang terguncang usai pemecatan Claudio Ranieri.
Roberto Firmino (11) harus mampu turut membawa timnya, Liverpool, menekuk Leicester City di Stadion King Power. (Reuters / Lee Smith)
Jakarta, CNN Indonesia -- Liverpool seharusnya bisa menang saat melawat ke markas Leicester City, Stadion King Power, Senin (27/2) malam waktu setempat.

Kemenangan di markas juara Liga Primer musim lalu itu akan membuat Liverpool naik ke peringkat ketiga. Pasalnya, dua tim di atasnya Manchester City (3) dan Arsenal (4) tak melakoni laga akhir pekan lalu karena lawan masing-masing--Manchester United dan Southampton--berlaga di final Piala Liga.

Kembali lagi ke persoalan Liverpool. Skuat asuhan Juergen Klopp itu selayaknya menang di King Power karena situasi domestik yang dialami Leicester. Pekan lalu secara mengejutkan Claudio Ranieri yang membawa Leicester juara Liga Primer dipecat manajemen terkait hasil buruk sepanjang musim ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belakangan dua media ternama Inggris, The Times dan Sky Sports, melansir berita pemecatan dilakukan setelah pemilik klub, Vichai Srivaddhanaprabha, bertemu para pemain untuk membahas krisis yang terjadi di dalam tim. Kabar itu pun memberi aroma tak sedap dalam kubu The Foxes yang untuk sementara ini diarsiteki caretaker Craig Shakespeare.

Baca: Laporan Pemain Jadi Faktor Pemilik Leicester Pecat Ranieri

Klopp harusnya memahami situasi dalam kubu The Foxes dan memotivasi skuatnya untuk mengalahkan Leicester dan merebut posisi tiga klasemen.

Klopp sendiri sedang dalam situasi sulit terkait kondisi angin-anginan Liverpool. Tampil digdaya paruh pertama musim ini, The Reds seperti mengalami dunia terbalik sejak awal tahun ini.

Mengacu pada laga di seluruh kompetisi domestik yang diikuti, Liverpool hanya merasakan tiga kemenangan dari 12 pertandingan. Sisanya, empat imbang dan lima kali kalah. Hasil buruk itu ditambah tersingkir dari Piala FA karena kalah dari Southampton di semifinal. Klopp tentu tak ingin nasibnya seperti Ranieri di Leicester. Di mana dia sendiri mengakui bisa saja dirinya dibuang seperti yang dialami Ranieri.

Liverpool Seharusnya Bisa Menang di King PowerClaudio Ranieri. (Reuters / Darren Staples)
Manfaatkan Momentum dan Fokus di Liga Inggris

Dua pekan lalu Klopp mampu membawa Liverpool menekuk Tottenham Hotspur dengan skor 2-0. Tentu itu diharapkan menjadi momentum pembalik bagi Roberto Firmino dan kawan-kawan.

Liverpool mulai memasuki fase kritis kompetisi, di mana ia harus bertanding dengan tim-tim berat bulan depan. Setelah laga malam ini Arsenal, Burnley, Manchester City, dan Everton menanti Liverpool.

Tak berlaga di kompetisi lain kecuali Liga Inggris sepatutnya membuat skuat Liverpool lebih fokus di sisa 13 pekan. Jumlah 13 pertandingan yang menanti Liverpool adalah yang paling sedikit dibandingkan rivalnya di peringkat enam besar.

Terbanyak adalah Manchester City dan Manchester United dengan jumlah maksimal 24 laga yang harus dilewati di seluruh kompetisi.

Adapun Chelsea yang kini terpaut 14 poin unggul atas Liverpool memang tak berkompetisi di Eropa. Namun tim yang memuncaki klasemen sementara itu masih berlaga di Piala FA. Atas dasar itu, Chelsea memiliki jadwal maksimal yakni 16 laga--sama dengan Tottenham Hotspur.

Berkaca pada hal itu, Klopp mesti memastikan skuatnya bisa menyapu tiga poin di King Power sebagai permulaan setelah momentum bagus atas Spurs. Tentu agar dapat finis setidaknya sebagai runner-up jika untuk mengejar Chelsea terlalu sulit di sisa kompetisi.

Liverpool Seharusnya Bisa Menang di King PowerJuergen Klopp. (Reuters / Lee Smith)
Gegenpressing yang Efektif Mencetak Gol

Dan, satu hal lagi, Klopp mesti menegaskan kepada skuat agar tak terbuai lagi dengan strategi penguasaan bola yang tak efektif saat menghadapi tim semenjana.

Itulah momok yang selalu menghantui Liverpool, tampil trengginas ketika menghadapi tim raksasa namun loyo kala bertemu tim yang di atas kertas mudah. Itu seperti yang terjadi saat bertemu Swansea City dan Hull City yang memasuki tahun ini ada di zona degradasi.

Bagaimana dengan Leicester?

Leicester pantaslah kita tempatkan sebagai tim kecil pada musim ini. Selain ada di zona degradasi, pada pertemuan paruh musim pertama juara Liga Inggris 2015/16 itu dibantai 1-4 di Anfield.

Liverpool seharusnya bisa menang di King Power. Apalagi tak ada pemain inti dari pola strategi gegenpressing ala Klopp di Liverpool yang saat ini terbelit cedera.

Seperti dilansir situs Phsyio Room, ada delapan pemain yang cedera. Dari semua itu hanya Georginio Wijnaldum yang cedera betis--meski diragukan bisa tampil.

Sisanya adalah Daniel Sturridge, Lucas Leiva, Dejan Lovren, Marko Grujic, Ovie Ejaria, Adam Bogdan, dan Danny Ings yang masih berkutat dengan cedera. (har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER