Sugih Hendarto, Mengabdi Hingga Akhir Hayat

Jun Mahares | CNN Indonesia
Senin, 06 Mar 2017 16:28 WIB
Meski tak bergelimang gelar prestisius, Om Hen, begitu ia akrab disapa, selalu menularkan keceriaan dan optimisme kepada orang-orang terdekatnya.
Sugih Hendarto masih melatih sekolah sepak bola hingga usia 82 tahun. (CNN Indonesia/M Arby Rahmat Putratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sepak bola Indonesia kembali kehilangan atlet terbaiknya: Sugih Hendarto. Mantan pelatih Persija era 80-an itu tutup usia di Bogor, Jawa Barat, pada usia 83 tahun, Minggu (5/3).

Meski tak bergelimang gelar prestisius, Om Hen, begitu ia akrab disapa, selalu menularkan keceriaan dan optimisme kepada orang-orang terdekat.

Hal ini tersirat ketika CNN Indonesia masih sempat berbincang dengannya pada November 2015 silam di rumah duka Rumah Sakit St Carolus, Jakarta. Kala itu, Om Hen mengunjungi kerabatnya, Sinyo Aliandoe, yang lebih dulu menghadap sang Khalik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika itu Om Hen sudah menginjak usia 81 tahun. Meski langkah kakinya sudah melambat, namun ingatannya masih tajam. Ia bahkan masih mendedikasikan dirinya untuk melatih.

Tak tanggung-tanggung, pria berambut putih itu masih dipercaya melatih dua sekolah sepak bola sekaligus, Menteng Junior yang berlatih di kawasan Pancoran dan ASIOP Apacinti di Senayan.

"Biar enggak stres dan tidak pikun," kata Sugih sambil tersenyum menjawab pertanyaan soal kesediaannya masih mau melatih pesepak bola usia muda.

"Saya tambah semangat kalau lihat ibu-ibu muda di pinggir lapangan menunggu anaknya berlatih," tambahnya seraya bergurau.

Selain masih aktif melatih, Om Hen punya hobi di luar sepak bola untuk melawan pikun. Ia gemar bermain kartu dengan rekan-rekan sejawatnya. "Biar tambah semangat, kadang main kartu pakai uang. Terus terang saja, saya sering menang lho," ujarnya sambil tertawa lepas.

Salah satu kerabat terdekatnya, A Lai, mengaku salut dengan semangat hidup yang dimiliki Om Hen.

"Saya salut dengan semangat Om Hen. Sudah tua, tapi masih mau naik turun kendaraan umum untuk melatih anak-anak. Patut dicontoh pemain dan pelatih sepak bola lainnya," kata A Lai. 

A Lai, merupakan mantan pemain sekaligus pengurus klub sepak bola Tionghoa, Union Make Strength (UMS). Ia terbilang sebagai pendamping setia Om Hen hingga tutup usia.

A Lai juga terlibat mendampingi Om Hen hingga berpindah-pindah rumah sakit. Ia juga berhasrat untuk membawa Om Hen ke Panti Werdha jika kesehatannya kembali pulih.

Sayang, keinginan A Lai urung terwujud. Om Hen menghadap ke maha kuasa di Rumah Sakit Pajajaran, Bogor, Minggu (5/3), akibat penyakit komplikasi jantung dan kebocoran paru-paru.

Legenda Tanpa Gelar

Om Hen merupakan pelatih Persija periode 1985-1995. Meski tak sanggup mempersembahkan gelar prestisius, namun ia dikenang sebagai pelatih yang sukses mengangkat 'Macan Kemayoran' dari masa kelam atau berada di jurang degradasi.

Prestasi tertingginya adalah sukses mengantar Persija melaju ke babak final Liga Perserikatan 1988 atau kali pertama kembali tampil di final sejak 1978.

Meskipun takluk dari Persebaya di laga final, penampilan Persija di bawah kendali Om Hen mendapat pujian karena memeragakan permainan ciamik.

Setelah pensiun dari Persija pada 1995, Om Hen memilih untuk mengabdikan diri kepada sepak bola usia muda. Ia juga menolak untuk kembali melatih klub profesional.

Bagi Om Hen, menghabiskan waktu di lapangan bersama anak-anak adalah kebahagian terbesar di sisa hidupnya. Meski tak bergelimang uang, namun ia menutup kisah hidupnya dengan penuh inspirasi.

Selamat jalan, Om Hen. (jun/vws)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER