Jakarta, CNN Indonesia -- Jas sudah lazim digunakan sejumlah pelatih klub-klub profesional di Eropa dan sejumlah negara. Pakaian tersebut memang sejarahnya merupakan kultur Eropa yang memiliki musim dingin.
Fungsi awalnya menjaga kehangatan dan menjadi gaya berpakaian hingga kini. Bahkan, jas sudah menjadi pakaian formal hampir di seluruh dunia.
Gaya ini pula yang diikuti sang juru taktik Pusamania Borneo FC (PBFC) Ricky Nelson. Ia tak pernah absen mengenakan jas dengan setelan yang cukup perlente.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beda dengan di Eropa, gaya ini belum menjadi cara berpakaian lazim bagi para pelatih di klub-klub profesional kompetisi Indonesia.
Tak jarang, cibiran kerap sampai ke telinga Ricky gara-gara gaya berpakaian. Banyak pula yang menyindir tak pada tempatnya berkeringat di udara tropis Indonesia menggunakan jas di pinggir lapangan. Apalagi, jika pertandingan digelar siang hari.
Namun, cibiran dan komentar-komentar miring tersebut dianggap angin lalu untuk Ricky.
Baginya, ada masalah prinsip menggunakan jas, bukan sekadar bergaya busana rapi. Ada makna di balik perlente jas jebolan pelatih sekolah sepak bola Villa 2000 tersebut.
Pengalamannya studi banding ke kompetisi Eropa, tepatnya di klub Borussia Dortmund pada April 2012, kian mengukuhkan prinsipnya itu.
"Ini bentuk respek terhadap semua pelaku sepak bola. Pakaian rapi, terutama mengenakan pakaian formal seperti jas adalah salah satunya," ungkap Ricky kepada
CNNIndonesia.com.
Pelatih yang juga dikenal mudah membaur dengan para pemain, mengilustrasikan ketika pelatih komplain ke perangkat pertandingan.
"Bagaimana menurut Anda ketika pelatih protes ke wasit, maksudnya dengan baik-baik, tapi cuma pakai celana pendek dan topi terbalik? Kalau bagi saya, itu sudah mengurangi respek sang wasit," ungkap Ricky.
Ada makna tersembunyi lainnya sehingga ia bersikeras tetap menggunakan jas di pinggir lapangan.
"Orang Indonesia selalu ingin kemajuan sepak bola kita seperti di negara-negara Eropa. Tapi persoalannya, untuk hal sederhana saja untuk mengawali perubahan tersebut tidak dilakukan," ucap Ricky.
Yang dimaksud Ricky bukan berarti dirinya mengadopsi level permukaan saja dari kemajuan sepak bola Eropa. Ia beranggapan, jas tak lain seperti manifestasi dari kemajuan sepak bola profesional di negara-negara maju.
"Mulai dari hal sederhana dulu soal kebiasaan-kebiasaan yang bagus. Dengan begitu, kita punya kemauan besar agar sepak bola Indonesia bisa mengikuti kemajuan di Eropa, dengan kultur khas juga tentunya," ujar Ricky.
(jun)