Jakarta, CNN Indonesia -- Jose Mourinho menjalani karier kepelatihan yang cukup dramatis. Memulai karier sebagai asisten Louis van Gaal di Barcelona, namun ia pula yang menyingkirkan manajer asal Belanda tersebut dari Manchester United.
Meski demikian, manajer asal Portugal tersebut mengaku banyak mendapat pelajaran dari Van Gaal kala masih menjadi “pembantu” di Barcelona dalam kurun waktu mulai 1996 hingga 2000.
Van Gaal dipecat dari dari Old Trafford pada akhir musim 2015/2016 karena dianggap gagal mendongkrak prestasi MU yang terpuruk sepeninggal manajer legendaris, Sir Alex Ferguson.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uniknya, posisi Van Gaal justru digantikan muridnya sendiri: Mourinho. Prestasi MU di awal musim bersama Mou sempat mengkhawatirkan karena terlempar dari empat besar.
Namun, belakangan “Setan Merah” mulai bangkit dan berpeluang merebut satu tiket ke Liga Champions. MU kini hanya berjarak empat poin dari Liverpool yang menghuni posisi empat klasemen.
Peluang untuk empat besar terbuka lebar sebab tim arahan Mourinho masih menyimpan dua pertandingan lebih sedikit dari Liverpool. Mantan pelatih Inter Milan dan Real Madrid itu pun tak memungkiri kerberhasilannya selama ini berkat meniru gaya kepelatihan Van Gaal.
"Saya tak butuh (asisten) yang selalu mengatakan ’Ya, Pak'. Saya ingin orang-orang yang memiliki gagasan sendiri,” kata Mourinho seperti dikutip
Soccerway.
Asisten Mourinho dinilai berhak memberikan saran dan kritik sebelum atau sesudah bertanding. Namun, ia tak mengizinkan asistennya “bersuara” pada saat bertanding.
“Saya selalu mengatakan pada asisten saya: 'Sepanjang pertandingan, saya ingin berpikir sendiri'. Saya tak ingin orang di samping saya berbicara pada saya. Dalam momen seperti itu, saya ingin menerapkan pengalaman, insting, dan firasat saya," ujarnya.
Keputusan Mou ketika pertandingan berlangsung adalah mutlak. Hal inilah yang dipetik dari guru besarnya Van Gaal. "Saya belajar hal itu di Barcelona bersama Mr. Van Gaal. Itulah yang dia tuntut dari asistennya," ujarnya.