Jakarta, CNN Indonesia -- CEO Sirkuit Internasional Sepang, Razlan Razali, mengkritik pemilik baru Formula One (F1) Liberty Media yang dianggap tidak mampu merangkul para pemilik sirkuit. Razali juga meminta pengelola F1 untuk meniru MotoGP.
Sirkuit Sepang akan menggelar balapan F1 untuk kali terakhir musim ini setelah mengaku mengalami kerugian. Pemerintah Malaysia dikabarkan harus mengeluarkan dana hingga 67,6 juta dolar AS atau setara Rp901 miliar per tahun untuk menggelar F1.
"Mereka (Liberty Media) lebih fokus mengembangkan paddock tim, yang isinya hanya ribuan orang, daripada fokus ke penonton yang jumlahnya puluhan ribu. Apa yang memicu penonton membeli tiket F1, apa yang penonton dapat dari F1, menjadi prioritas kedua untuk mereka," ujar Razali seperti dikutip dari
AFP.
Razali mengaku pengelola MotoGP lebih bagus dalam upaya merangkul penonton, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Razali pun berharap pihak Liberty Media bisa belajar dari kepengelolaan MotoGP yang saat ini dipegang Dorna Sports.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"MotoGP, mereka punya segalanya, mereka juga mendukung seri balapan Moto3 dan Moto2. Mereka punya tiga kejuaraan dan menciptakan pendukung sejak dini. Maverick Vinales contohnya. Dia mulai dari Moto3, naik ke MotoGP dan pendukungnya tetap sama," ucap Razali.
"Anda lihat F1, siapa Lance Stroll (pebalap baru Williams), kamu tahu? Tidak ada salahnya melihat apa yang dilakukan MotoGP, kesampingkan ego, lihat apa yang dilakukan MotoGP," sambungnya.
Razali juga mengkritik sejumlah bos Liberty Media, CEO Chase Carey dan direktur pelaksana Sean Bratches, yang dinilai tidak melakukan upaya untuk mendekati sejumlah promotor balapan.
"Saya pikir perusahaan baru F1 harus bergerak cepat, lebih cepat dari mobil F1. Mereka terlalu lambat. Untuk pemilik sirkuit yang memberi mereka banyak uang setiap tahunnya, setidaknya mereka bisa datang dan mengenalkan diri. Daripada kami harus menghampiri mereka dan bertanya, 'Apa kamu Chase?, apa kamu Sean?'" ucap Razali