Jakarta, CNN Indonesia -- Tak mudah bagi Southampton melepas pemainnya, Virgil van Dijk, ke Liverpool. Presiden klub The Saints, Ralph Krueger bahkan tak memungkiri kepergian bek asal Belanda itu berarti luka mendalam bagi klubnya.
Cerita tak mengenakkan tentan kepergian Van Dijk itu yang membuat Southampton kini seolah diliputi awan hitam. Kemuraman dirasakan di dalam skuat maupun di tengah-tengah para suporter mereka.
Soton, siakui Krueger, sempat kecolongan oleh pendekatan Liverpool kepada Van Dijk yang dinilai ilegal jelang musim 2017/2018 lalu. Pihak klub sempat mengadukan The Reds karena dianggap ‘main belakang’ mendekati bek andalan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu membuat klub arahan Juergen Klopp sempat mundur. Namun, Van Dijk rupanya sudah terkena rayuan The Reds sehingga kepincut untuk bergabung ke Stadion Anfield.
Hal itu berdampak pula dengan renggangnya hubungan Van Dijk dengan sang manajer, Mauricio Pellegrino, di dalam ruang ganti. Alhasil, pemain 26 tahun itu tercatat hanya dimainkan 12 kali pada paruh pertama musim ini.
 Virgil van Dijk resmi berseragam Liverpool pada 1 Januari 2018. (REUTERS/Phil Noble) |
Van Dijk bersikeras ingin bergabung bersama The Reds, Southampton diakui Krueger tak mampu lagi menahannya. Klub akhirnya melepas pemainnya itu ke Liverpool dengan nilai transfer £75 juta atau setara Rp1,3 triliun pada 1 Januari 2018.
“Secara emosi itu membuat kami kehilangan keseimbangan dan secara keuangan itu merupakan risiko bisnis yang amat besar. Berada di posisi dan prinsip itu artinya gempa bumi bagi kami,” demikian ujar Krueger kepada
Radio BBC.
“Tak pernah dalam bentuk apa pun saya semarah ini terhadap seorang atas apa yang terjadi di sini dalam beberapa bulan terakhir.”
Liverpool memang diam-diam mengincar Van Dijk bahkan sebelum kompetisi musim lalu berakhir.
“Lembaran lama sudah berakhir saat ini. Awan hitam sudah menutupi, kami membuat hal negatif masuk ke dalam lingkungan yang rapuh yang sebenarnya berdasarkan pada suatu yang positif, kreativitas, persatuan dan pemecahan solusi,” terang Krueger.
Meski terasa menyakitkan dan menghadirkan kesuraman bagi Southampton, Krueger yakin klubnya bakal bisa bangkit dan melupakan masa-masa pahit ini.
(bac)