Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa transfer tengah musim 2017/2018 mendadak tak landai. Pemain dengan nama besar muncul sebagai komoditas transfer yang diiringi pula dengan harga-harga tinggi.
Setelah dua aktivitas transfer yang melibatkan Liverpool, melepas Philippe Coutinho ke Barcelona dan mendatangkan Virgil van Dijk dari Southampton, rival asal North West lainnya, Manchester United, turut meramaikan aktivitas jual beli pemain dengan mendatangkan Alexis Sanchez.
Kepindahan pemain dengan caps dan gol terbanyak di timnas Chile itu menjadi besar karena turut melibatkan pemain lain, yakni Henrikh Mkhitaryan yang kini telah resmi berkostum Arsenal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jose Mourinho berharap Sanchez yang berada di usia matang serta memiliki pengalaman bermain di level teratas sepak bola dunia, dapat menambah kekuatan barisan lini serang Manchester United yang diisi pemain-pemain muda seperti Romelu Lukaku, Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Jesse Lingard serta sang veteran Zlatan Ibrahimovic.
Mourinho juga menilai Sanchez sebagai sosok yang tepat bagi MU karena memiliki ambisi yang serupa dengan The Red Devils, menguasai Inggris, Eropa dan dunia, lebih kurang sama dengan yang terjadi di era Sir Alex Ferguson.
 Alexis Sanchez telah memperkuat tiga klub Eropa di sepanjang kariernya. (AFP PHOTO / FRANCK FIFE) |
Selain komentar 'standar' perihal Manchester United adalah tim impiannya sejak kecil, dalam wawancara awal setelah resmi hijrah ke Manchester, pemain 29 tahun itu memang kerap mengumbar nafsu memburu gelar bersama klub barunya.
Sebelumnya, Sanchez yang telanjur akrab dengan podium juara ketika membela Barcelona sejak 2011 hingga 2014, harus membiasakan diri dengan kondisi Arsenal ketika hanya meraih tiga gelar selama tiga setengah tahun berkarier Stadion Emirates.
 Sanchez meraih popularitas ketika meraih gelar bersama Barcelona. (AFP PHOTO/ JOSE JORDAN) |
Sanchez yang mampu bermain di sisi kanan, kiri maupun tengah, cocok untuk menjaga kedalaman lini serang Manchester United. Namun, pemain yang mengawali karier Eropa bersama Udinese itu tentunya tidak akan puas hanya menjadi pelengkap.
Seandainya Sanchez dengan segala keterampilannya mampu beradaptasi dengan baik di Manchester United dan mampu mendapat tempat reguler di
starting XI United maka pemain asal Chile itu berpeluang mewujudkan mimpi meraih gelar di Old Trafford.
Seiring dengan tantangan menjadi juara, Sanchez juga dituntut memenuhi harapan pendukung MU mengenai sosok pemilik nomor punggung 7. Setelah Cristiano Ronaldo belum ada pemain lain yang mampu menanggulangi tekanan bermain dengan nomor tersebut.
Michael Owen yang turut memberi gelar di tahun 2010/2011 dianggap tidak terlalu sukses. Setelahnya terdapat Antonio Valencia yang mengaku terbebani sehingga memilih mengenakan kostum bernomor 25. Angel di Maria dan Memphis Depay yang diharapkan dapat menjadi penyelamat di masa sulit Manchester United pun tidak mampu mengeluarkan permainan terbaik dan berakhir dengan penjualan ke klub lain.
Sanchez dibayang-bayangi kehebatan George Best, Bryan Robson, Eric Cantona, David Beckham, dan Ronaldo yang sukses menghadirkan gelar di level domestik, kontiental dan dunia saat mengenakan nomor punggung 7 di Manchester United.
Pembuktian lain yang harus dilakukan Sanchez adalah ucapannya yang menampik dirinya sebagai mata duitan.
Sebelum pindah dari Arsenal, Sanchez dituding mantan pemain Arsenal Martin Keown sebagai pemain yang gampang dirayu dengan uang. Wenger pun menyebut faktor uang menjadi salah satu faktor yang bisa membuat sang pemain pindah.
 Alexis Sanchez berada tiga setengah musim di bawah arahan Arsene Wenger. ( REUTERS/Andrew Yates) |
Kepindahan Sanchez ke MU diiringi kenaikan gaji signifikan sang pemain yang mencapai £16,8 juta atau setara Rp312,7 miliar per tahun.
Sanchez pun tercatat sebagai pemain dengan gaji tertinggi di Liga Primer Inggris mengalahkan pemain-pemain lain, seperti Wayne Rooney, Paul Pogba, Romelu Lukaku dan Zlatan Ibrahimovic.
Seandainya Sanchez mampu memberikan gelar dan sukses dengan nomor 7, maka pemain yang mengantar Chile meraih dua gelar Copa America dengan sendirinya akan memenuhi tantangan lain mengenai bantahan soal gajinya dan benar-benar pindah karena terobsesi gelar sebelum masa keemasannya berakhir.
(har)