Lampung, CNN Indonesia -- Tubuhnya hitam, kecil mungil. Umurnya memang baru 12 tahun, tapi nyali Cikal Richie Abiyasa Nur membelah ombak di tengah lautan patut diacungi jempol.
Cikal bukan berasal dari keluarga peselancar. Ayahnya seorang penjaga hotel, sedangkan ibunya adalah penjual makanan di daerah Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Tinggal di pinggir pantai membuat Cikal sering melihat orang-orang berlatih selancar. Tak terkecuali, para wisatawan asing yang kebanyakan berasal dari Australia menjajal keganasan ombak di wilayah Labuan Jukung di Pesisir Barat, Lampung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru setahun terakhir Cikal belajar mengendalikan papan selancar secara autodidak setelah pertama kali diperkenalkan oleh seorang bule asal Australia.
 Cikal Richie Abiyasa Nur (kanan) bermimpi menjadi atlet selancar. (CNN Indonesia/Titi Fajriyah) |
Jatuh tenggelam, tergores karang sampai luka sudah pernah dirasakan Cikal. Tapi, itu tak membuat kapok untuk terus berpacu di atas papan seluncurnya di tengah lautan menghadapi gulungan ombak yang tingginya bisa mencapai enam meter.
"Kemarin baru luka, jatuh kena karang waktu surfing (sambil menunjuk bahu kanannya). Kata ibu, rasakan saja biar jadi biasa," kata Cikal bercerita soal lukanya.
Dibalik tubuh yang mungil, anak kelas 6 SD itu punya mimpi besar menjadi seperti John John Florence, atlet
surfing terkenal asal Australia.
Motivasi itu terus membakar semangatnya untuk terus belatih. Setiap hari, sepulang sekolah ia rehat sejenak sebelum mulai menari di atas air bersama papan selancarnya menjelang sore sampai matahari tenggelam.
 Cikal saat ditemui Menpora RI Imam Nahrawi di Krui, Lampung. (CNN Indonesia/Titi Fajriyah) |
"Cita-cita saya mau jadi atlet
surfing karena itu menantang. Kalau jadi atlet, saya bisa dikenal dan bisa buat bangga banyak orang," ungkap Cikal.
Cikal pun sempat menceritakan keinginannya kepada Menpora Imam Nahrawi yang tengah berkunjung untuk membuka Kejuaraan Selancar Internasional Krui Pro 2018 di Pantai Tanjung Setia, Sabtu (14/4).
Lucunya, ketika ditanya wartawan yang hadir di lokasi siapa sosok yang menyapanya usai latihan
surfing, Cikal tidak mengetahui kalau itu adalah Menpora.
"Siapa ya? Enggak tahu saya. Kalau Bupati saya tahu, Agus Istiqlal. Kalau yang itu (sambil menunjuk Menpora), saya enggak tahu siapa," jawab Cikal dengan wajah polos.
Imam berpesan agar Cikal terus berlatih untuk bisa mewujudkan cita-citanya itu. Terlebih, Krui memiliki potensi besar untuk mencetak atlet
surfing terbaik dengan kategori ombak yang paling dicari.
Krui menjadi satu dari tiga pantai di Indonesia yang bisa menggelar seri kejuaraan dunia surfing level QS 1500 selain Mentawai dan Bali dengan ombak yang banyak dicari
surfer dunia.
"Kamu harus terus berlatih, kalau ada kejuaraan ikut supaya kamu bisa tunjukkan kemampuanmu dan bisa buat bangga Indonesia," pesan Imam.
(bac)