Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia mengawali pertandingan menghadapi Korea Utara pada partai kedua
PSSI Anniversary Cup 2018, Senin (30/4), dengan kejutan yang cukup baik.
Septian David Maulana, Febri Hariyadi, Saddil Ramdani, dan Ilija Spasojevic yang mengemban tugas menggedor pertahanan lawan berhasil membuat tim tamu kerepotan.
Kombinasi kecepatan di dua sisi dan pemanfaatan Spasojevic sebagai menara tunggal di depan menghasilkan peluang yang membuat pendukung Indonesia berharap segera merayakan gol di awal laga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun situasi tersebut tidak bertahan lama. Selepas menit ke-15 Tim Merah Putih tidak dapat mempertahankan ritme permainan menyerang yang cukup apik.
Korut yang bermain sabar secara perlahan membongkar pertahanan yang digalang Hansamu Yama Pranata.
 Timnas Indonesia menghadapi lawan-lawan berkualitas di PSSI Anniversary Cup 2018. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Koordinasi pertahanan Timnas Indonesia cukup baik. Hansamu yang berduet dengan Andy Setyo Nugroho dapat menjadi palang pintu yang membuat So Jong Hyok dan Jo Sol Song kebingungan mencari cara membuat peluang.
Duet Timnas Indonesia U-19 era Indra Sjafri di lini tengah, Muhammad Hargianto dan Zulfiandi tampil cukup baik. Terlepas dari agresivitas Hargianto yang justru dapat merugikan tim, keduanya bermain cukup baik menjadi pemutus aliran serangan lawan sekaligus perancang serangan untuk kawan.
Febri dan Saddil yang ditugaskan mengeksplorasi sisi sayap tidak pada penampilan terbaiknya. Pantauan tim Korut dari laga pertama Timnas Indonesia, sepertinya membuat sayap-sayap Garuda tidak dapat bergerak leluasa.
 Ilija Spasojevic tidak mampu menjawab permasalahan lini depan Timnas Indonesia. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Pada babak kedua timnas Korut langsung meluncurkan serangan sejak menit awal. Menguasai bola lebih banyak dan tidak segan berduel menghadapi tuan rumah.
Awan Setho Raharjo yang berada di bawah mistar mendapat ujian berarti dari skuat Chollima. Dua sampai tiga kali kiper Bhayangkara FC itu melakukan penyelamatan brilian.
Keberhasilan Korut membahayakan gawang Setho bukan karena kecerobohan Hansamu dan kawan-kawan, namun lebih kepada kemampuan kolektivitas tim Asia Timur yang memang terkenal cukup apik.
 Rotasi pemain di PSSI Anniversary Cup 2018 dilakukan Luis Milla untuk menyeleksi pemain terbaik. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Anak asuh Luis Milla merespons serangan-serangan Korut dengan serangan balik yang simpel.
Intersep dari belakang yang kemudian dikirimkan ke sisi kanan atau kiri beberapa kali berhasil memberikan ancaman ke gawang Kim Yu Il.
Febri, Septian, dan Osvaldo Haay sempat mendapat bola-bola daerah yang cukup memanjakan. Namun keputusan untuk mengirim bola kepada rekan lain yang berada di daerah sepertiga lapangan lawan menjadi ganjalan untuk mencetak gol.
Transisi dari bertahan ke menyerang menjadi hal yang harus diperbaiki Milla dalam sesi pelatnas berikutnya sebelum Timnas Indonesia berlaga di Asian Games 2018.
Di laga kedua ini kembali menegaskan Timnas Indonesia tidak kesulitan menciptakan peluang. Bola panjang dari sisi kanan, kiri, dan tengah, maupun sentuhan cepat di daerah pertahanan lawan berhasil menghasilkan tembakan ke gawang lawan.
Akan tetapi ketidakmampuan mencetak gol dalam dua pertandingan makin menegaskan penyelesaian akhir masih menjadi masalah yang harus dibenahi.
Jika tim pelatih mampu mengevaluasi pertandingan pertama dengan menghasilkan lini pertahanan yang bebas blunder dan fokus dari menit awal, maka pekerjaan rumah berupa finishing touch sepertinya merupakan tugas berat bagi Milla dan kolega.
Hasil imbang sudah menutup langkah Indonesia menjadi juara di turnamen PSSI Anniversary Cup, tapi setidaknya kualitas lawan yang mumpuni dapat menjadi bekal penting bagi Timnas Indonesia untuk bersaing di tingkat Asia.
(nva)