Jakarta, CNN Indonesia -- Stadion Nizhny Novgorod, Kamis (21/6), jadi kuburan
timnas Argentina. Tim arahan Jorge Sampaoli dihancurkan
timnas Kroasia dengan skor mencolok 3-0 pada laga kedua Grup D
Piala Dunia 2018.
Tim Tango harus menari di ujung tanduk. Peluang mereka amat tipis untuk lolos ke babak 16 besar karena tergantung hasil Islandia melawan Nigeria.
Lionel Messi dan kawan-kawan masih memiliki kans lolos meski terbilang berat.
 Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen |
Akibat kesalahan fatal penjaga gawang Chelsea itu, gawang Argentina kebobolan pada menit ke-53 melalui gol Ante Rebic. Namun, blunder Caballero bukan satu-satunya biang keladi kekalahan La Albiceleste.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesalahan strategi Sampaoli-lah yang justru menjadi pangkal bencana bagi Argentina pada laga tersebut. Ia memilih berjudi, dan kalah.
Begitu yang bisa disimpulkan jika melihat pilihan strategi Sampaoli menghadapi Kroasia. Pelatih 58 tahun itu menerapkan strategi 3-4-3.
 Eduardo Salvio dimainkan sebagai full-back di depan tiga bek Argentina. (Foto: Reuters/Matthew Childs) |
Yang menjadi sorotan adalah tiga pemain di posisi belakang. Sampaoli menempatkan Gabriel Mercado, Nicolas Otamendi, dan Nicolas Tagliafico.
Sampaoli sepertinya ingin mencoba memadatkan lini tengah dengan empat pemain, termasuk dua
full-back yang diisi Eduardo Salvio dan Marcos Acuna. Strategi ini untuk mengantisipasi kekuatan lini tengah Kroasia yang lebih superior dengan gelandang-gelandang top macam Luka Modric, Ivan Perisic, dan Ivan Rakitic.
Terlihat pula Argentina banyak bermain lebih melebar dengan tetap menjaga kepadatan di tengah untuk antisipasi serangan Kroasia dari lini tengah. Namun yang menjadi persoalan adalah tiga pemain belakang tersebut karena pilihan itu jadi kurang ideal bagi Tim Tango di Piala Dunia 2018.
Idealnya, tiga posisi bek tersebut diisi oleh pemain yang peran aslinya sebagai bek tengah. Namun, tercatat hanya Otamendi yang merupakan bek tengah. Sedangkan peran yang biasa dilakoni Mercado dan Tagliafico adalah bek sayap.
Strategi yang cukup ganjil baginya mengingat Sampaoli tidak menerapkan skema itu pada laga-laga sebelumnya di uji coba dan pertandingan perdana lawan Islandia. Saat ditahan imbang Strakanir Okkar 1-1, La Albiceleste bermain dengan formasi 4-2-3-1.
Sampaoli menempatkan Marcos Rojo dan Otamendi sebagai bek tengah, sejajar dengan Tagliafico serta Salvio di posisi bek sayap.
 Hanya Nicolas Otamendi yang peran utamanya sebagai bek tengah dari tiga bek yang dimainkan Sampaoli dengan formasi 3-4-3. (REUTERS/Carlos Barria) |
Pada tiga laga uji coba terakhir sebelum Piala Dunia, Argentina juga tak memainkan pola dengan tiga bek di belakang. Sampaoli tetap memainkan empat bek ketika menang 4-0 lawan Haiti, kalah 1-6 dari Spanyol, dan menang 2-0 atas Italia.
Keruan saja, formasi tiga bek di belakang menjadi strategi yang kurang familier bagi para pemain Argentina saat menghadapi Kroasia. Ditambah lagi, dua bek lainnya yang dimainkan sebagai trio lini belakang bukan karakter asli bek tengah seperti Mercado dan Tagliafico.
Tanda-tanda kekacauan koordinasi di lini belakang Argentina pun sudah mulai terlihat pada awal-awal laga. Beberapa kali trio belakang itu kerap salah komunikasi dalam mengantisipasi serangan para penyerang Kroasia. Kesalahan seperti ini bisa terjadi apabila para pemain memang tidak terbiasa dengan skema baru yang harus mereka jalankan.
Alhasil, perjudian Sampaoli di atas lapangan hijau tak menuai hasil positif. Sebaliknya, Kroasia menghajar Argentina 3-0 di laga kedua Grup D Piala Dunia 2018. Itu merupakan kekalahan kedua terbesar
La Albiceleste di Piala Dunia setelah kekalahan 1-6 dari Cekoslowakia pada Piala Dunia edisi 1958.
(arh)