Jakarta, CNN Indonesia -- Alireza Beiranvand (25) menjalani perjuangan yang berliku sebelum menjadi kiper
timnas Iran dan menggagalkan penalti
Cristiano Ronaldo di
Piala Dunia 2018.
Ronaldo bisa saja menggandakan keunggulan Portugal dalam laga menghadapi Iran ketika laga memasuki menit ke-53, namun Beiranvand cermat membaca arah penalti dan sigap melakukan penyelamatan.
Kiper berusia 25 tahun itu menjadi penjaga gawang pertama yang menahan tendangan penalti Ronaldo di Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampil di Piala Dunia dengan menggagalkan penalti Ronaldo bisa menjadi salah satu prestasi individu tertinggi Beiranvand yang hidup dengan penuh perjuangan untuk mewujudkan impian sebagai pesepakbola.
Menyukai sepak bola sejak kecil, Beiranvand tidak mendapat dukungan dari orang tua. Sang ayah, Mortaza Beiranvand, menilai sepak bola tidak dapat menghasilkan uang.
 Alireza Beiranvand beraksi menyelamatkan gawang Iran dalam laga menghadapi Maroko. (REUTERS/Lee Smith) |
"Orang tua saya tidak suka sepak bola dan dia meminta saya untuk bekerja. Dia merobek baju dan sarung tangan dan saya bermain bola dengan tangan kosong," ujar Beiranvand kepada
Guardian.
Berbekal uang pinjaman dari kerabatnya, kiper kelahiran 1992 itu meninggalkan rumah menuju ibu kota Iran, Teheran.
Beiranvand kemudian bermalam di Menara Azadi, lokasi berkumpulnya migran miskin. Beiranvand juga sempat tidur di depan kantor sebuah klub sepak bola lokal tempat ia berlatih.
"Saya tidur di depan pintu dan saat saya bangun ada banyak koin di sekeliling saya. Orang-orang mengira saya pengemis. Ya, saya akhirnya menikmati sarapan enak untuk kali pertama setelah sekian lama," ucap Beiranvand.
Pelatih klub lokal tersebut, Hossein Feiz, semula mengenakan biaya £30 kepada Beiranvand untuk bisa berlatih. Tetapi kemudian Feiz memberi kesempatan tanpa memungut bayaran.
Beiranvand pun kemudian tinggal di rumah salah seorang rekan sambil bekerja di pabrik penjahit. Setelah itu kiper yang tergabung di timnas Iran pada 2015 itu pernah bekerja sebagai tukang cuci mobil.
 Alireza Beiranvand hampir mencatatkan clean sheet dalam laga antara Iran dan Spanyol. (REUTERS/John Sibley) |
Di tempat cuci mobil pula Beiranvand sempat bertemu dengan legenda Iran, Ali Daei, namun ia sungkan meminta bantuan pada mantan penyerang timnas Iran tersebut.
Karir Beiranvand berlanjut ke klub Naft Tehran. Kiper bertinggi 194 sentimeter itu sempat menumpang tidur di ruang salat markas tim tersebut sebelum menyewa ruangan dan menjadi seorang pelayan di toko piza.
Tak lama bekerja di toko piza, Beiranvand kemudian menjadi tukang sapu jalanan yang cukup menguras tenaganya.
Sempat dipecat Naft karena berlatih dengan tim lain dan mengalami cedera, Beiranvand kemudian menuju klub Homa namun manajer klub enggan memberi kontrak.
Namun kemudian ia kembali dipanggil Naft dan memulai karier gemilang di bawah mistar. Hingga kemudian ia menjadi kiper nomor satu di Persepolis FC dan menjadi langganan timnas Iran sejak tim junior.
"Saya mengalami banyak kesulitan untuk mewujudkan impian tapi saya tidak ingin melupakannya karena itu membentuk diri saya yang sekarang," kata Beiranvand.
(arh/har)