Jakarta, CNN Indonesia --
Uruguay menjadi negara kedua yang berhasil merebut tiket ke babak perempat final
Piala Dunia 2018 setelah menumbangkan
Portugal 2-1.
Gol cepat Edinson Cavani menjadi salah satu kunci keberhasilan Uruguay melewati fase 16 besar.
Cavani menunjukkan dirinya sejajar dengan Luis Suarez sebagai bomber di skuat La Celeste. Penyerang yang khas dengan rambut gondrong itu kini mendekati torehan gol Suarez di timnas. Dari 105 kali tampil, Cavani sudah menyarangkan 45 gol atau tertinggal delapan gol dari Suarez yang sudah bermain 101 kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerja sama Cavani dan Suarez dalam mewujudkan gol pertama juga menunjukkan persaingan sehat antara kedua penyerang top tersebut yang mungkin dapat membawa Uruguay meraih prestasi tertinggi.
 Edinson Cavani unjuk ketajaman dalam laga Uruguay melawan Portugal di 16 besar Piala Dunia 2018. (REUTERS/Toru Hanai) |
Selepas gol Cavani, Portugal menguasai bola lebih banyak. Upaya Portugal untuk mencetak gol penyeimbang hampir selalu mengandalkan sisi sayap. Joao Mario dan Bernardo Silva jadi andalan untuk melakukan
crossing-crossing yang memanjakan Cristiano Ronaldo.
Gaya bermain anak asuh Fernando Santos tampaknya sudah dibaca dengan baik oleh Oscar Washington Tabarez. Juara Piala Dunia pertama itu menunjukkan mampu bermain secara tim untuk memenangkan pertandingan, bukan hanya mengandalkan satu atau dua pemain dengan nama besar.
Selain menumpuk pemain untuk mengepung
target man dari Portugal ketika menerima umpan silang, pemain-pemain Uruguay juga berusaha agar sayap-sayap Uruguay tidak leluasa mengirim umpan.
Nahitan Nandez, Lucas Torreira, Matias Vecino, dan Rodrigo Bentancur beberapa kali ikut melakukan
cover di sisi kanan dan kiri untuk menghambat umpan-umpan diagonal Portugal.
 Diego Laxalt (kiri) yang menjadi fullback Uruguay lebih sering mengawal pergerakan lawan. (REUTERS/Murad Sezer) |
Kemampuan Uruguay menahan serangan sayap Portugal tidak direspons dengan baik oleh rekan-rekan Ronaldo. Tidak ada kreativitas untuk menembus barisan pertahanan yang digalang Diego Godin.
Memaksakan umpan sayap jadi rutinitas Selecao das Quinas selama hampir 90 menit. Tidak ada pergerakan individu untuk membuka selubung pertahanan Uruguay, tidak ada pula kerja sama satu-dua pemain atau umpan-umpan pendek.
Satu-satunya upaya ketika tidak bisa melepaskan bola udara adalah melontarkan tembakan jarak jauh. Selama dua kali 45 menit Portugal tercatat melakukan 20 tembakan yang 14 di antaranya berasal dari luar kotak penalti.
Tingkat akurasi percobaan Portugal pun hanya 25 persen karena hanya lima tembakan yang benar-benar mengarah ke gawang, sementara delapan melenceng dan tujuh diblok pemain lawan.
Tidak hanya Portugal yang berupaya memanfaatkan lebar lapangan, Uruguay juga memilih opsi yang sama lantaran memiliki Suarez dan Cavani yang cukup piawai memanfaatkan situasi bola udara untuk menciptakan peluang mencetak gol. Pergerakan kedua sisi Uruguay untuk menyerang tidak terlalu kentara lantaran lebih sering sibuk meladeni Portugal.
Boleh jadi Santos memang paham kekuatan anak asuhnya dalam duel bola atas sehingga menerapkan permainan yang menitikberatkan pada penguasaan di sektor sayap untuk membuat gol, seperti yang dilakukan Pepe ketika mencetak gol ke gawang Fernando Muslera.
 Gol Pepe pada menit ke-55 sempat menghidupkan harapan Portugal melangkah ke fase selanjutnya. (REUTERS/Murad Sezer) |
Mantan bek Sevilla dan Real Madrid itu tercatat sebagai pencetak gol pertama ke gawang Uruguay setelah menerima umpan Raphael Guerreiro.
Namun harapan setelah gol Pepe hanya bertahan sekitar tujuh menit sebelum dimatikan Cavani yang mencetak gol kedua Uruguay.
Hanya memiliki 33 persen penguasaan bola, Uruguay benar-benar bermain efektif dan pemain dengan nama julukan El Matador itu menunjukkan efisiensi dalam pemanfaatan peluang.
Jika dibandingkan kans Portugal yang mencapai 20, peluang Uruguay hanya seperempatnya. Namun dari lima tembakan ada tiga yang tepat sasaran atau mencapai 60 persen.
Di Mana Ronaldo?Setiap Portugal bermain, Ronaldo tentu mendapat porsi perhatian besar. Selain faktor kebintangan, pemain veteran itu memang kerap menjadi pembeda. Tetapi di laga 16 besar Piala Dunia 2018 Ronaldo gagal menolong negaranya meraih prestasi tertinggi atau bahkan sekadar mengulang capaian seniornya, Eusebio ketika meraih peringkat ketiga di Piala Dunia 1966.
Pertahanan Uruguay yang kompak membuat Ronaldo kesulitan masuk ke kotak penalti. Dari 49 kali sentuhan dengan bola, Ronaldo lebih sering berkutat di luar kotak penalti.
 Cristiano Ronaldo kesulitan mendapat peluang untuk membobol gawang Uruguay. (REUTERS/Jorge Silva) |
Beberapa kali jelas terlihat Ronaldo yang merupakan pemain depan harus turun jauh menjemput bola.
Kontribusi pengoleksi lima gelar Liga Champions itu memimpin aksi ofensif Portugal. Ronaldo mencetak enam kali tembakan dan lima kali menggiring bola. Tetapi tindakan Ronaldo tersebut kurang efisien karena berada jauh dari gawang. Tidak melulu upaya dribel Ronaldo dapat melewati lawan dan hanya satu tembakannya yang mengarah ke gawang.
Ketidakmampuan pemain-pemain Portugal mengirim suplai matang ke kotak penalti juga meniadakan peran Ronaldo sebagai penuntas serangan kelas wahid.
Empat gol di Piala Dunia 2018 menjadi catatan yang tidak terlalu mengecewakan, meski nantinya amat berpotensi capaian tersebut disalip pemain-pemain lain yang masih melanjutkan kiprah di Rusia 2018.
[Gambas:Video CNN] (har)