Air Mata Bahagia Ibu di Balik Kilau Emas Asian Games 2018

Jakarta, CNN Indonesia -- Air mata atlet peraih medali emas mungkin jatuh di podium tertinggi. Namun, air mata ibu sang juara mengalir di kejauhan sambil memandang penuh bangga kepada sang anak yang sering jauh darinya.

Rahmawati datang ke zona mixed zone dengan mata berkaca-kaca. Bibirnya menyunggingkan senyum tanda ia tengah diliputi rasa haru dan bahagia. Setelah memeluk Hendy, ia melepaskan dan merelakan putranya untuk pergi dari hadapannya.

Lihat juga: Erick Thohir Diklaim Bakal Jual Seluruh Saham di Inter Milan

Berjarak lima meter darinya, Hendy, atlet pencak silat Indonesia tengah dikerumuni wartawan yang ingin mengetahui kisah-kisah di balik keberhasilannya meraih medali emas nomor seni ganda putra bersama Yolla Primadona.

Ketika CNNIndonesia.com bersalaman dan mencoba memberikan pertanyaan, Rahmawati masih larut dalam rasa harunya. Ia kehabisan kata-kata namun raut wajahnya jelas menunjukkan rasa bangga atas sukses putranya.

Yola Primadona Jampil dan Hendy tampil dalam babak final ganda putra pencak silat seni Asian Games 2018. (CNN Indonesia/Safir Makki)

"Alhamdulillah dia berhasil menjadi juara," ucap Rahmawati setelah ia mulai berhasil mengendalikan dirinya dalam rasa haru yang meluap-luap dalam tubuhnya.

Rahmawati menyebut Hendy menekuni pencak silat berawal dari kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya. Berawal dari hal tersebut, Hendy mengukir prestasi hingga ke level nasional.

"Selama persiapan menuju Asian Games, praktis Hendy dan Ibunya tidak bertemu. Padahal jarak dari Padepokan Pencak Silat ke Tanjung Barat cukup dekat," kata bibi dari Hendy yang juga menemani Rahmawati.

Hendy mendapat pelukan dari Rahmawati setelah mendapat kalungan medali emas. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegar Idaman)

Cerita yang hampir serupa datang dari Dwi Harni Rahmani, ibunda dari Rifki Ardiansyah Arrosyid. Wajah Dwi Harnani berbinar-binar melihat Rifki diburu wartawan untuk dimintai komentar usai kemenangannya di karate nomor kumite 60kg.

Saat Dwi Harni diminta untuk foto bersama, Dwi Harni cukup puas dengan berada di posisi paling pinggir. Ia juga merelakan putranya lebih dulu disibukkan oleh berbagai todongan pertanyaan-pertanyaan dari media. Dwi Harni memilih menjauh sambil tetap menjaga sang anak dari jarak pandangnya.

"Dia sudah banyak meraih gelar juara. Kami sebagai orang tua haya bisa terus mendoakannya hingga ia bisa jadi seperti ini," ucap Dwi Harni.

Sebagai orang tua, Dwi Harni begitu mendukung ambisi Rifki untuk bisa jadi sosok yang diinginkan olehnya.

Rifki Ardiansyah Arrosyiid berdiri di podium teratas pada Asian Games 2018. (ANTARA FOTO/INASGOC/Yudhi Ginanjar)

Sistem pembinaan olahraga di Indonesia mayoritas mengorbankan waktu sang atlet bersama keluarga. Di tengah usianya yang masih belia, mereka sering terpisah jauh dari keluarga. Selain atlet yang harus menahan rasa rindu, ibu-ibu para atlet itu pun harus menahan rasa yang sama, bahkan mungkin berkali lipat dibandingkan yang dialami sang anak.

"Setelah lulus SMA, Rifki diterima di UGM karena prestasi karate yang dimilikinya. Namun kemudian ia menelepon saya karena ingin mendaftar di TNI. Saya sempat kaget namun tetap mendukungnya," ujar Dwi Harni.

Lihat juga: Herry IP Latih Minions agar Pandai Berkicau

Dwi Harni paham benar bahwa cita-cita jadi karateka juara sudah terpatri dalam hati Rifki.

"Saat mengikuti sebuah pemusatan latihan di Anyer, Rifki menggambar podium dan berkata ia ingin jadi juara dunia," tutur Dwi Harni mengenang. (nva/jun)