Jakarta, CNN Indonesia -- Aktivis Hak Asasi Manusia, Lord Scriven, berencana untuk meminta dukungan dari pebalap
F1,
Lewis Hamilton, terkait penyiksaan yang dialami, Najah Yusuf, karena mengkritik ajang F1
Bahrain.
Schiven akan melakukan langkah tersebut apabila Federasi Autombil Internasional (FIA) tidak mengambil langkah apa pun terkait persoalan kemanusiaan yang dialami perempuan yang mengaku sebagai seorang pegawai negeri sipil ini. Najah yang merupakan ibu empat anak itu sudah dipenjara sejak tahun 2017 lalu.
"Jika F1 tidak bertindak, kami harus berbicara dengan orang-orang seperti Lewis Hamilton. Kami harus menatap matanya dan berkata 'Lewis, apakah pantas mendapatkan jutaan poundsterling dan berdiri di atas podium yang mungkin ada di belakang Najah? Dalam jarak kurang dari 24 kilometer seseorang dilecehkan di penjara. Anda, Lewis, memiliki tanggung jawab moral," ujar Scriven seperti dilansir
Guardian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda tidak dapat memenangkan gelar juara dunia sementara ada pelanggaran hak asasi manusia dan berdiri di negara-negara yang melecehkan orang tanpa menyadari Anda memiliki tanggung jawab moral," ia melanjutkan.
 Seri balapan F1 Bahrain akan berlangsung pada Minggu (31/3). (REUTERS/Ahmed Jadallah) |
Pada 2017, 17 kelompok hak asasi manusia sudah meminta pihak FIA untuk mempertimbangkan pagelaran F1 Bahrain pascakasus Najah. Namun, dilaporkan Fox Sports, FIA tak bergeming dan akan terus menggelar balapan di sirkuit yang pertama kali dibuka 17 Maret 2014 hingga 2021.
Najah dihukum tiga tahun penjara karena mengkritik balapan F1 Bahrain lewat Facebook. Bagi Najah, kini seri balapan F1 di Bahrain hanya pengingat tentang penderitaan dan perjuangan melawan tirani dan penindasan.
Putusan pengadilan kemudian menyatakan Najah bersalah karena mencemarkan nama baik negara, melukai kepentingan, dan citra kerajaan Bahrain di luar negeri.
Di dalam penjara, ibu dengan empat orang anak ini mengaku dipukul hingga mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh aparat kepolisian.
"Petugas merobek jilbab saya dan berusaha melepaskan pakaian saya, sebelum seorang petugas melakukan pelecehan seksual terhadap saya," tulis Najah.
"Rasa sakit dan penghinaan saat itu akan menghantui saya selama sisa hidup. Semua ini karena saya mengambil sikap menentang negara dan balapan Grand Prix."
Lomba F1 Bahrain 2019 yang merupakan seri kedua dalam kalender balapan tahun ini akan berlangsung di Sirkuit Internasional Bahrain, Minggu (31/3).
(jal/jal/jun)