Jakarta, CNN Indonesia --
Gempa banten dengan kekuatan 6,9 SR juga dirasakan sejumlah atlet Indonesia. Berikut cerita sejumlah atlet saat gempa Banten terjadi
Atlet balap kursi roda, Jaenal Aripin, merasakan gempa Banten saat ia sedang melaksanakan salat pada Jumat (3/8) malam. Saat gempa berlangsung, ia sedang ada di Solo untuk pemusatan latihan nasional.
"Ada rasa gempa tapi kecil pas kebetulan lagi salat. Kalau di sini tidak terasa karena mungkin getarannya kecil, jadi banyak yang tidak sadar. Tapi kalau keluarga di rumah Bandung, sampai keluar rumah semua," kata Jaenal kepada CNNIndonesia.com pada Sabtu (3/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat gempa tersebut terasa, saya lanjut terus salatnya. Kebetulan pada rakaat terakhir juga pas duduk di antara dua sujud," katanya menambahkan.
Kisah lain diceritakan oleh pelari cepat, Hendro Yap yang sedang berkumpul bersama rekan-rekan atlet lainnya saat gempa terjadi. Momen gempa tersebut membuat pengunjung di kafe tersebut menjadi panik.
 Hendro Yap kabur keluar kafe saat gempa terjadi. (CNNIndonesia.com/M Arby Rahmat Putratama H) |
"Kemarin kebetulan saya sedang mengobrol dengan atlet-atlet dari provinsi lain di cafe dekat Stadion Pakansari, Cibinong. Tiba-tiba merasakan tanah berguncang dan mobil bergetar, sampai akhirnya semua pengunjung cafe keluar dan atlet lain terpaksa segera kembali ke hotel," ujar Hendro.
Sementara atlet angkat besi Triyatno mengaku tidak merasakan gempa karena sedang menjalani beraktivitas di Jakarta. Akan tetapi, ia mendapat telepon dari anak dan istri yang tinggal di Serang.
"Istri sama anak-anakku panik karena gempa. Tapi Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa, ini sekarang saya mau pulang ke Serang. Rumah saya di Serang," ucap peraih medali perak Olimpiade 2012 London itu.
Sedangkan mantan juara silat Asia Tenggara, Marina Segedi, sedang menyetir mobil menuju rumah duka untuk melayat teman yang meninggal. "Pas macet di daerah Pondok Kopi, terasa sekali gempanya. Semoga Tuhan selalu melindungi kita semua," katanya.
Hingga berita ini dibuat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada satu orang meninggal dunia dalam kejadian tersebut. Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo juga menyebut ada lebih daŕi seribu orang di Banten dan Lampung mengungsi akibat peristiwa itu.
"Jumlah korban 1.050 jiwa mengungsi, empat orang luka-luka, satu orang meninggal dunia atas nama Rasinah, 48 tahun, Kampung Cilangkahan RT 03/01 Desa Pecangpari Kecamatan Cigemblong, akibat panik dan serangan jantung," kata Agus dalam keterangan tertulis.
Agus juga mengatakan 113 bangunan tersebar di Banten, Lampung, dan Jawa Barat rusak akibat gempa tersebut. Jumlah itu terdiri dari 34 rumah rusak berat, 21 unit rumah rusak sedang, 58 rumah rusak ringan, 1 kantor desa rusak ringan, dan 2 masjid rusak ringan.
(map/ptr)