Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia tanpa wakil di final
Malaysia Masters 2020. Hasil ini merupakan kejutan bila melihat performa ganda putra di sepanjang 2019. Namun persaingan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dengan
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto serta kedua suporter mereka jadi hal yang paling layak disoroti.
Indonesia tanpa wakil di babak final setelah Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, dan Hafiz Faisal/Gloria Emanuelle Widjaja tersungkur di babak semifinal.
Dari keempat kekalahan menyakitkan tersebut, kekalahan Fajar/Rian jadi hal yang paling disorot. Setelah kekalahan Fajar/Rian, nama Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon ikut jadi sorotan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fajar/Rian lolos ke semifinal dengan mengalahkan Kevin/Marcus, namun mereka akhirnya tumbang di hadapan Lee Yong Dae/Kim Gi Jung yang dianggap sudah melewati periode terbaik dalam kariernya.
 Fajar/Rian gagal melangkah ke final Malaysia Masters 2020. (AP Photo/Ahn Young-joon) |
Usai kekalahan tersebut, banyak komentar bermunculan yang menilai lebih baik Fajar/Rian kalah dari Minions sehingga Minions bisa melaju dan menang atas Lee/Kim. Ada pula anggapan yang menilai Fajar/Rian hanya bersemangat saat melawan Minions namun kemudian anti klimaks ketika menghadapi lawan dari negara lain.
Dari banyak anggapan yang beredar di media sosial usai kekalahan Fajar/Rian, komentar paling menyakitkan dan tak bisa diterima akal sehat adalah komentar yang menyebut 'lebih baik Minions yang menang lawan Fajar/Rian di pertandingan sebelumnya'.
Komentar tersebut bukan hanya mengecilkan Fajar/Rian, tetapi juga mengecilkan kehebatan Kevin/Marcus sebagai pasangan.
Sejak 2017, Kevin/Marcus sukses merajai BWF Tour dan hal itu adalah buah kerja keras mereka sendiri, tanpa ada
team order alias perintah mengalah dari rekan setim dan bantuan rekan setim.
Kevin/Marcus bisa meraih puluhan gelar bergengsi dalam waktu singkat adalah bukti kehebatan mereka sebagai pasangan.
Ketika Fajar/Rian berhasil menaklukkan Minions, pujian tentu harus dialamatkan kepada Fajar/Rian. Mereka bisa mengalahkan Kevin/Marcus yang sulit ditembus oleh banyak ganda papan atas dunia.
 Kevin/Marcus tersingkir di perempat final Malaysia Masters 2020 usai dikalahkan Fajar/Rian. (Dok. PBSI) |
Oleh karena itu, kritik karena kekalahan Fajar/Rian dari Lee/Kim masih layak dialamatkan, namun tidak dengan membawa kemenangan mereka atas Minions dalam balutan kalimat 'andai saja' dan 'lebih baik yang menang Minions'.
Badminton adalah olahraga individu, terlepas mereka membawa nama negara dan berlatih bersama di pelatnas PBSI di Cipayung. Tiap-tiap pemain yang ada di dalamnya memiliki cita-cita yang sama, menjadi juara.
Karena itu, tak akan mungkin ada kepuasan sepenuhnya dalam hati pemain jika melihat teman senegara menjadi juara, meski hal itu lebih baik dibandingkan melihat pemain dari negara lain menjadi juara.
Meski ikut senang dan memberikan selamat, ada rasa tak mau kalah dalam diri mereka yang mendorong lahirnya kekecewaan, walau hal itu tak selalu diungkapkan. Terutama bila melihat teman dari nomor yang sama mampu melakukannya.
Mereka-mereka yang hadir di Cipayung ada dengan tujuan yang sama. Tujuan ini yang membuat persaingan sudah terasa ketat dan panas di hari-hari latihan.
[Gambas:Video CNN]Dan latihan serta persaingan keras itu yang kemudian memunculkan pemain-pemain tangguh dan hebat di kejuaraan. Kevin/Marcus makin hebat karena sering bertarung dengan Ahsan/Hendra dan Fajar/Rian di hari-hari latihan. Hal yang sama pun berlaku untuk Ahsan/Hendra dan Fajar/Rian.
Begitulah rumus yang berlaku di Pelatnas Cipayung. Saling bahu-membahu dan bersaing untuk jadi kuat. Semangat berkompetisi dalam balutan sportivitas dan persaingan dalam balutan persahabatan.
Herry Iman Pierngadi pun sudah menempatkan diri dalam posisi pelatih dengan sebaik-baiknya. Ia berdiri di garis tengah dan membiarkan ganda terbaik yang menang di hari pertandingan.
Semua persaingan itu baru tak berlaku bila Indonesia mengikuti kejuaraan beregu, seperti Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Sudirman. Dalam kejuaraan itu, barulah berlaku kemenangan tim, bukan kemenangan perorangan.
Kegagalan meraih gelar di Malaysia Masters memang mengecewakan, terutama bagi nomor ganda putra yang terus berkuasa. Herry IP jelas bakal bergerak dan menemukan solusi atas batu sandungan kecil di awal 2020 ini.
Fenomena Minions dan Fajar/Rian ini sendiri punya hal yang unik lantaran mereka punya suporter yang kuat dan punya rivalitas yang kuat, seperti halnya idola mereka. Penggemar badminton pun punya tempat untuk berkomentar, sebagaimana halnya penggemar cabang olahraga lainnya.
Namun hal yang patut disorot tentu adalah kekalahan-kekalahan yang dialami oleh masing-masing pasangan, bukan malah menyudutkan dan menyalahkan kemenangan yang diraih dengan susah payah dan penuh perjuangan.
(jal)