Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah atlet mulai mengkritisi Panitia Penyelenggara
Olimpiade 2020 Tokyo (TOGOC) dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang tetap berusaha menggelar Olimpiade di tengah wabah
virus corona yang telah menjadi pandemi.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyatakan pada Selasa (17/3) tidak ada 'keputusan drastis' yang akan dibuat terkait Olimpiade 2020. Ajang multi-cabang terbesar di dunia itu akan tetap berlangsung di Tokyo pada 24 Juli hingga 9 Agustus 2020.
Sejumlah atlet mulai menyuarakan ketidakpuasan dengan keputusan IOC setelah dipaksa tampil di Olimpiade 2020 di tengah wabah virus corona yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 8.800 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berusaha mengikuti informasi dengan cara melanjutkan [latihan] dengan aman sambil mengurangi risiko bagi semua orang di sekitar kami. Namun informasi IOC dan pemerintah lokal bertentangan satu sama lain," ujar atlet heptathlon asal Inggris, Katerina Johnson-Thompson, dikutip dari
CNN.
 IOC memaksakan Olimpiade 2020 digelar sesuai jadwal. (AFP/FABRICE COFFRINI) |
"IOC mendorong para atlet untuk terus mempersiapkan diri ke Olimpiade sebaik mungkin dengan sisa waktu empat bulan lagi. Tetapi pemerintah membuat aturan yang meminta kami mengisolasi diri di rumah dengan menutup ruang publik. Saya merasa tertekan untuk berlatih dan menjaga rutinitas yang sama dalam kondisi seperti ini," ucap Thompson.
Thompson beruntung karena sudah memastikan lolos ke Olimpiade 2020. Tapi menurut data IOC, masih ada 43 persen daftar atlet yang belum terisi sebagai peserta Olimpiade akibat pembatalan dan penundaan berbagai event dan turnamen karena wabah corona.
Awal pekan ini IOC menyatakan tengah mencari cara yang cepat dan praktis untuk sistem kualifikasi. Salah satunya dengan menggunakan peringkat internasional atau hasil di kompetisi sebelumnya.
"Bagaimana bisa kami melakukan persiapan sebaik mungkin. Tolong beritahu saya di mana kami bisa melakukan pertandingan atau uji coba yang akan berjalan, atau kapan latihan bisa berjalan normal," ucap atlet lari menengah Inggris, Jess Judd.
Sementara itu peraih medali emas hoki es Olimpiade empat kali sekaligus anggota IOC, Hayley Wickenheiser, mengatakan IOC tidak peka dan tidak bertanggungjawab jika bersikeras untuk menggelar Olimpiade 2020 sesuai jadwal.
[Gambas:Video CNN]"Atlet tidak dapat berlatih. Peserta tidak dapat melakukan perjalanan. Sponsor dan pengiklan tidak dapat memasarkan produk dengan seharusnya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam 24 jam ke depan, apalagi dalam tiga bulan ke depan," ujar Wickenheiser.
Di sisi lain Presiden Komite Olimpiade Spanyol Alejandro Blanco mendesak agar Olimpiade ditunda. Pasalnya, Spanyol salah satu negara di Eropa yang cukup parah terkena wabah corona dengan lebih dari 14.000 kasus yang tercatat.
Namun, Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso, Rabu (18/3), mengatakan diperlukan lingkungan yang memberi rasa aman dan bahagia untuk menyelenggarakan Olimpiade. Namun sebagai tuan rumah, Jepang tidak bisa mengambil keputusan sendiri.
Pembicaraan terkait keberlangsungan Olimpiade 2020 di tengah wabah virus corona antara IOC dan pihak-pihak terkait masih bakal berlanjut dalam beberapa hari ke depan.
(ttf/ptr)