Jakarta, CNN Indonesia --
Liga Inggris menjalin kontrak senilai 4 juta poundsterling (setara Rp71,7 miliar) dengan perusahaan asal Hong Kong untuk melakukan ribuan tes
Covid-19.
Perusahaan bernama Prenetic, yang bergerak di bidang tes genetika dan kesehatan, jadi salah satu faktor pendukung bergulirnya kompetisi Premier League di masa pandemi
virus corona.
Dengan menggunakan laboratorium rekanan di Inggris, perusahaan itu mendirikan posko di masing-masing dari 20 klub peserta Liga Inggris untuk melakukan tes kepada pemain dan staf dua kali dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai dengan saat ini, sebanyak 8.687 tes PCR dan juga swab di hidung menghasilkan 16 kasus positif di Liga Inggris. Termasuk di antaranya di Tottenham Hotspur, Norwich City, Boutnemouth, Watford, dan Burnley.
Hasil tes yang keluar dalam 24 jam disebut jadi kunci utama Premier League 2019/2020 bisa kembali digelar pada 17 Juni nanti.
[Gambas:Video CNN]
"Kami sangat bangga bisa melakukan peran ini," ucap pendiri dan CEO Prenetics, Danny Yeung, kepada
AFP.
"Saya pikir, seluruh tim kami akan merasa bangga ketika Premier League kembali beraksi," ucap Yeung menambahkan.
Diskusi antara Liga Inggris dengan Prenetics dimulai sekitar dua bulan lalu, setelah pandemi virus corona menghentikan olahraga profesional di seluruh dunia. Mulai saat itu, Premier League mulai mencari cara agar bisa kembali dengan aman.
Kini, perusahaan asal Hong Kong itu sedang dalam pembicaraan dengan stakeholder olahraga lainnya, termasuk La Liga Spanyol. Covid-19 disebut akan tetap berbahaya untuk dunia olahraga sampai vaksin tersedia.
"Saat ini kami sedang berbicara dengan semua asosiasi olahraga utama. Seperti rugbi, kriket, balapan, dan sebagainya," tutur Yeung.
Perusahaan milik Yeung itu juga menawarkan tes perorangan kepada orang-orang di Hong Kong dengan basis nirlaba. Biayanya mencapai Rp1,8 juta untuk satu kali tes.
"Bagi kami, kami memperlakukan Covid-19 tidak dalam sudut pandang keuntungan, tetapi karena kami memiliki tanggung jawab melakukan sesuatu untuk Covid-19," kata Yeung.
"Pada akhirnya kami merasa, jika kita ingin melawan Covid, ini bukan satu-satunya perusahaan yang bisa melakukan hal itu," ucap Yeung melanjutkan.
(sry/jun)