Pengamat sekaligus mantan pemain Timnas Indonesia Supriyono menyebut insiden pemain Timnas U-19 yang pingsan saat menjalani pemusatan latihan di Kroasia adalah sesuatu yang normal.
Sejumlah pemain mengalami kesulitan selama menjalani pemusatan latihan (TC) Timnas Indonesia U-19 baik saat di Jakarta maupun di Kroasia. Materi latihan keras dengan intensitas tinggi yang diberikan Shin Tae Yong membuat beberapa pemain cedera bahkan pingsan.
"Latihan di Kroasia berjalan keras dan sampai ada pemain yang cedera dan pingsan saat digenjot fisiknya," kata Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan di situs resmi PSSI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi hal tersebut, Supriyono mengatakan insiden tersebut sesuatu yang normal. Tuntutan Shin Tae Yong terhadap pemain untuk memiliki etos kerja tinggi belum bisa diadaptasi dengan sempurna oleh Bagas Kaffa dan kawan-kawan.
![]() |
"Itu normal [pemain pingsan saat latihan keras]. Mending muntah sekarang dari pada nanti di Piala Dunia U-20," kata Supriyono kepada CNNIndonesia.com, Jumat (4/9).
Sebagai mantan pemain yang saat ini bermetamorfosis menjadi seorang pelatih, Supriyono menyebut ada empat aspek penting dan paling utama yang diinginkan dalam memilih pemain. Mulai dari aspek fisik, teknik, taktik, intelegensia dan personality.
Pemain yang terpilih untuk mengikuti TC bersama Timnas Indonesia U-19, lanjut Supriyono, seharusnya sudah memiliki semua aspek yang diinginkan pelatih. Pemain juga harus memahami karakter dari pelatih dan negara asalnya. Shin Tae Yong yang berasal dari Korea Selatan memiliki kultur budaya dan disiplin tinggi yang sudah diterapkan sejak pertama kedatangannya ke Indonesia.
"Kalau sampai ada pemain yang pingsan jadi pertanyaan, mereka sudah punya empat aspek itu belum? Soal disiplin, tidak perlu diragukan lagi, kan sudah ada korbannya, dua pemain yang dicoret karena telat bangun," ujar Supriyono.
Di sisi lain, dalam pandemi Covid-19, masing-masing pemain juga dinilai punya kondisi fisik yang berbeda. Pelatih juga harus bertahap dalam mengembangkan fisik pemain, tidak bisa digeber langsung dengan intensitas latihan yang tinggi.
"Ibaratnya pemain bisa makan satu piring, tiba-tiba diminta habiskan tiga piring sekaligus ya muntah. Artinya, sekarang setiap individu harus benar-benar tidak hanya menjaga kondisi badan, tapi mental dan adaptasi dengan materi dan gaya berlatih yang diberikan Shin Tae Yong. Tujuan latihan itu yang harus diadaptasi," jelasnya.
Pemain yang cedera ketika menjalani latihan bersama Shin Tae Yong sebenarnya dikatakan Supriyono karena kapasitas tubuh mereka yang belum mampu menerima dan menjalankan semua materi yang diberikan. Hasilnya, pemain yang tidak kuat secara fisik dan mental berpotensi rentan cedera, bahkan pingsan.
Untuk pemain yang mengalami cedera dalam latihan, Shin Tae Yong dipercaya Supriyono sudah memperhitungkan hal itu. Terlebih, saat ini Timnas Indonesia U-19 masih dalam proses promosi dan degradasi.
"Tinggal bagaimana pemainnya, siap atau belum mendapatkan tekanan dalam menerima materi pelatih? Mental siap enggak? Kalau enggak siap mereka akan masuk daftar coret di kemudian hari," terang Supriyono.
Terakhir Supriyono mengatakan di level Timnas Indonesia tidak ada yang namanya leha-leha, pemain harus mengeluarkan kemampuan maksimal agar meningkatkan kualitas tim.
"Ini sepak bola, wawasan pemain pasti bertambah. Mereka juga harus fight sebab Shin Tae Yong pernah bilang kalau TC Timnas U-19 ini menggunakan uang negara, kalau macam-macam di latihan ya dicoret. Artinya dia tahu tanggung jawabnya sebagai pelatih dan itu ditunjukkan dalam proses latihan yang diberikan," ucap Supriyono.
(ttf/har)