Aston Villa menjadi salah satu klub yang merusak dominasi klub-klub besar Liga Inggris di awal musim 2020/2021. Bersama Everton, keduanya menempati peringkat dua besar.
Pencapaian dan penampilan apik Everton serta Aston Villa menyingkirkan klub-klub besar yang selama ini menjadi raksasa di Premier League: Liverpool, Manchester City, Manchester United, hingga Chelsea.
Di bursa transfer musim ini Villa berada di enam besar sebagai klub dengan aktivitas belanja pemain paling besar, setelah Chelsea, Man City, Leeds United, Tottenham Hotspur, dan Arsenal. Bahkan pengeluaran Villa masih di atas MU.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, pengeluaran tim asuhan Dean Smith sebesar 82,35 juta euro atau setara dengan Rp1,42 triliun itu setimpal dengan pencapaian mereka sejauh ini, posisi kedua di klasemen sementara Premier League.
Lihat juga:Hubungan Messi dan Pique Retak di Barcelona |
Dengan total belanja Rp1,42 trilun itu Dean Smith membeli empat pemain, dan meminjam Ross Barkley dari Chelsea. Keempat pemain yang dibeli adalah: Ollie Watkins (Brentford), Bertrand Traore (Olympique Lyon), Emiliano Martinez, dan Matty Cash (Nottingham Forest).
Setelah nyaris terdegradasi pada musim lalu dengan menempati posisi ke-17 klasemen akhir, manajemen Villa tetap mempercayai posisi pelatih kepada Dean Smith yang direkrut sejak 2018.
Sebelum bergeliat di bursa transfer, Smith lebih dahulu sukses membuat Jack Grealish bertahan di Villa Park sekaligus menghentikan perburuan MU terhadap geladang timnas Inggris tersebut.
Pelatih asal Inggris itu kemudian melakukan sejumlah perubahan pada skuadnya dengan mendatangkan lima pemain baru. Meski demikian, Smith tetap menggunakan 4-3-3 yang juga dimainkan pada musim lalu.
Akan tetapi, pada musim lalu Smith lebih banyak memainkan 4-1-4-1 di awal musim dengan hasil 2 kekalahan dan 1 kemenangan. Sementara di musim ini dua laga dengan skema 4-3-3 menghasilkan 2 kemenangan.
Sebagian besar pemain anyar Villa di musim ini masuk ke dalam taktik Smith yang sudah digunakan dalam tiga laga Premier League. Martinez menjadi kiper inti, Cash bermain sebagai bek kanan, hingga Watkins jadi striker utama, termasuk Barkley juga dimainkan sejak menit awal ketika melawan Liverpool.
Bisa dibilang Villa mengawali musim ini dengan sedikit keberuntungan. Ketika melawan Sheffield United di kandang sendiri, Villa menang tipis 1-0 lewat gol bek Ezri Konsa di menit ke-63.
Sebelum gol tersebut terjadi, Sheffield lebih dahulu bermain dengan 10 orang setelah John Egan dikartu merah di menit ke-12. Selain itu, penalti John Lundstram di babak pertama juga dimentahkan Martinez.
Lihat juga:Hasil Final NBA Game 4: Lakers Unggul 3-1 |
Kemajuan langsung ditunjukkan tujuh kali juara Liga Inggris ini di pertandingan kedua di markas Fulham, Stadion Craven Cottage, di pekan ketiga Liga Inggris. Pada laga tersebut Douglas Luiz dan kawan-kawan menang telak 3-0.
Dua kemenangan beruntun membuat mental pemain Aston Villa meningkat jelang laga sulit melawan Liverpool di pekan keempat.
Smith mengubah skema dari 4-3-3 pada dua pertandingan pertama menjadi 4-2-3-1. Formasi itu tergolong asing untuk Villa. Pasalnya, pada musim lalu Smith hanya dua kali memainkan formasi 4-2-3-1, hasilnya sekali menang dan sekali kalah.
Akan tetapi, formasi yang sebenarnya asing itu justru memberikan daya ledak luar biasa bagi klub asal Birmingham ini. Secara mengejutkan, Villa menang besar 7-2 atas juara bertahan Liverpool.
Dalam kemenangan telak itu, dua pemain anyar Villa memberikan kontribusi. Ollie Watkins mencetak tiga gol dan memberikan satu assist, serta Ross Barkley mencetak satu gol.
Selebihnya, tiga gol lain dilesakkan Jack Grealish yang mengemas dua gol dan John McGinn.
Dengan saat ini berada di peringkat kedua klasemen sementara Liga Inggris, langkah Villa itu mirip dengan momen 40 tahun silam.
Pada musim 1980/1981, Villa menempati papan atas klasemen setelah matchday keempat. Tetapi pada akhir musim, mereka sukses keluar sebagai juara. Musim 1980/1981 merupakan gelar juara Liga Inggris terakhir yang diraih Aston Villa.
Di era Premier League, bukan kali ini saja Aston Villa membuat kejutan dengan nangkring di papan atas klasemen sementara.
![]() |
Sebelumnya The Villans tercatat pernah tiga kali berada di posisi dua besar setelah pekan keempat. Akan tetapi, klasemen pada akhir musim berubah drastis.
Pada musim 1996/1997, Villa di peringkat kedua setelah 4 pertandingan, namun pada akhir musim mereka berada di peringkat kelima.
Dua musim berikutnya, 1998/1999, dengan proses yang sama, di posisi kedua dalam empat laga. Tetapi hasil akhir sedikit kurang bagus, menempati peringkat keenam klasemen akhir.
Kejutan terakhir yang diberikan Villa adalah di musim 2014/2015. Setelah 3 kali menang dan 1 kali imbang, Villa merangsek ke posisi kedua klasemen, tapi pada akhir kompetisi mereka justru nyaris terdegradasi dengan berada di posisi ke-17.
Aston Villa dan suporternya memang belum boleh jemawa untuk saat ini. Perjalanan kompetisi masih panjang dengan menyisakan 34 matchday lagi.
Villa yang kini hanya bermain di Liga Inggris dan Piala FA setelah tersingkir di Piala Liga lebih beruntung karena tidak melakoni pertandingan di Eropa.
Tidak lagi tampil di Piala Liga dan Eropa membuat persiapan Villa di Liga Inggris serta Piala FA lebih banyak. Kondisi itu bisa membuat mereka lebih fokus pada dua ajang itu hingga akhir musim nanti.
(sry/ptr)