Langkah pelatih Ole Gunnar Solskjaer tidak meloloskan Manchester United ke babak 16 besar Liga Champions tepat. Bisa jadi Solskjaer tidak ingin membuat MU bertambah malu dan kehilangan trofi jika harus ke 16 besar.
Man United dan suporter mereka jadi pihak yang banyak menerima ejekan ketika Setan Merah kalah 1-3 dari RB Leipzig di laga terakhir Grup H, Rabu (9/12) dini hari waktu Indonesia.
Hasil buruk itu menempatkan MU di peringkat ketiga klasemen akhir Grup H sekaligus gagal ke babak 16 besar Liga Champions. Akan tetapi, Harry Maguire dan kawan-kawan masih bisa tampil di Eropa di level Liga Europa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegagalan MU di Liga Champions mendadak jadi sorotan banyak pihak. Tidak saja kritik dari media seantero bumi, tetapi juga ejekan dari pihak rival, tidak terkecuali fan MU sendiri.
Dari kubu fan MU, sebagian meminta Solskjaer dipecat, dengan harapan pelatih baru bisa memberikan perubahan dan prestasi untuk The Red Devils di musim ini.
Sejumlah media mencoba mengingatkan kegagalan MU ini dengan unggahan akun Twitter resmi klub asal Manchester itu usai mengalahkan Leipzig 5-0 di matchday kedua Grup H.
"Finalis musim lalu [selesai], semifinalis musim lalu [selesai]. Gini doang nih grup neraka?" demikian cuitan akun Twitter MU Indonesia.
Media-media itu tidak salah. Kritik atau sindiran tersebut benar, bahwa sombong merupakan sikap yang tidak baik.
Terlebih lagi, MU akhirnya menerima karma tersiksa di grup neraka karena gagal melangkah lebih jauh di Liga Champions musim ini.
![]() |
Akan tetapi, usai fase grup Liga Champions menyelesaikan seluruh pertandingan, baru terlihat jelas manfaat kegagalan ke babak 16 besar bagi MU.
Seandainya MU lolos ke 16 besar, baik itu karena menang atau imbang dengan Leipzig, Setan Merah akan berstatus sebagai runner-up Grup H, karena kalah head to head dengan Paris Saint-Germain.
Misalkan saja MU menang atas Leipzig, mereka akan mengoleksi nilai 12, sama dengan PSG yang juga menang 5-1 atas Istanbul Basaksehir dalam laga lanjutan, Kamis dini hari.
Tetapi PSG akan jadi juara grup lantaran pada dua pertemuan di babak grup, Les Parisien menang 3-1 atas MU dan kalah 1-2 dari Marcus Rashford cs.
Dengan menjadi runner-up grup, MU akan bertemu juara-juara grup lain di babak 16 besar Liga Champions, kecuali PSG dan tiga klub asal Inggris lain; Man City, Liverpool, serta Chelsea.
Tim-tim yang berpotensi melawan MU jika mereka ke 16 besar adalah: Bayern Munchen, Real Madrid, Borussia Dortmund, dan Juventus.
Klub-klub di atas akan mengerikan bagi MU yang sejauh ini belum konsisten dalam penampilannya. Munchen merupakan juara bertahan Liga Champions, Madrid juara Liga Champions sekaligus tim dengan rapor apik di turnamen ini, sementara Dortmund skuad muda potensial, dan Juventus raksasa di Liga Italia.
Di atas kertas, dengan melihat performa Man United di musim ini, mereka bakal kalah bersaing dengan Munchen, Madrid, Dortmund, dan Juventus. Kalah di babak 16 besar maka akan memupuskan ambisi MU meraihgelar di Eropa.
Meskipun bola itu bundar dan MU masih berpeluang sekalipun bertemu tim-tim raksasa Eropa itu, berkaca dari hasil musim 2018/2019 saat melawan PSG, namun statistik musim ini tetap perlu jadi ukuran.
Dengan begitu, lolos ke 16 besar apalagi kandas di babak tersebut tidak lebih baik bagi MU dibanding tampil di Liga Europa.
Derajat dan martabat MU akan lebih terangkat apabila juara di Liga Europa daripada gagal di babak 16 besar Liga Champions.
Seandainya saja juara Liga Europa musim ini, walaupun gagal finis di empat besar Liga Inggris, toh MU akan tetap tampil di Liga Champions pada musim depan.
Nasib berbeda terjadi jika bisa ke 16 besar, namun kalah di tahap tersebut atau perempat final. Karena, tanpa finis di empat besar, MU tidak akan bisa tampil di Liga Champions 2021/2022.
Pada musim lalu, MU bisa melangkah hingga ke semifinal Liga Europa dan berpotensi ke final bahkan juara seandainya saja komunikasi di lini pertahanan tidak buruk ketika bentrok dengan Sevilla.
Di Liga Europa nanti MU akan tampil di babak 32 besar. Lawan-lawan yang akan dihadapi juga bisa lebih mudah. Yang pasti MU tidak akan melawan tim-tim yang tersingkir dari Liga Champions, mereka yang juara grup di Liga Europa, dan sesama tim asal Inggris.
Yang pasti Solskjaer tidak salah membawa MU ke Liga Europa. Setan Merah juga beruntung gagal ke babak 16 besar Liga Champions.
Satu hal yang pasti, MU perlu belajar dari kegagalan di Liga Champions untuk kembali fokus di Liga Inggris dan pertandingan Liga Europa di liga malam Jumat, karena sejauh ini belum terlihat mana yang perlu diprioritaskan rival sekota Man City itu agar bisa tampil di Liga Champions musim depan.
(ptr)