Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menganggap penundaan Piala Dunia U-20 akan berdampak positif. Khususnya bagi Kota Solo, salah satu kota yang ditunjuk sebagai tuan rumah gelaran sepak bola internasional itu.
Fédération Internationale de Football Association (FIFA) resmi menunda Piala Dunia U-20 yang sedianya digelar di Indonesia pada 2021. Gelaran itu ditunda hingga 2023 karena angka Covid-19 terus meningkat di sejumlah negara menjelang pergantian tahun.
Lihat juga:Indonesia Gelar 2 Piala Dunia di 2023 |
Di Solo, Piala Dunia U-20 akan memanfaatkan Stadion Manahan dan lima lapangan pendukung untuk latihan pemain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya harap warga Solo dan Bangsa Indonesia pada umumnya tidak perlu kecewa karena tahun 2023 itu tetap kita juga yang jadi tuan rumah. Malah bagus kalau ditunda," katanya, Jumat (25/12).
Menurut Rudy, mundurnya Piala Dunia U-20 justru memberi kesempatan bagi Tim Nasional untuk berbenah. Setidaknya, PSSI memiliki waktu tiga tahun untuk membentuk tim baru. Pasalnya, tim yang disiapkan untuk tahun 2021 dipastikan tidak bisa main di tahun 2023 karena batasan usia.
"Tim U-20 yang sekarang kan besok sudah masuk U-23. Sekarang kita harus mencari bibit yang betul-betul berbakat di bidang sepak bola," katanya.
Di sisi lain, pandemi Covid-19 diharapkan sudah mereda pada 2023. Dengan demikian, Piala Dunia U-20 dapat diselenggarakan dengan kehadiran penonton di stadion. Awalnya U-20 akan digelar di tengah pandemi covid-19 tanpa penonton pada 2021.
Keberadaan penonton, kata Rudy, sangat penting. Tak hanya berperan sebagai suporter pemain bola, penonton akan membawa efek berantai (domino effect) pada ekonomi. Tanpa penonton, dampak ekonomi Piala Dunia tidak akan besar seperti yang diharapkan.
"Kalau enggak ada penonton ya negara rugi. Tapi kalau besok kan mestinya pandemi Covid-19 sudah selesai, jadi ada yang nonton," katanya.
Di samping itu, Pemerintah Kota Solo juga mempunyai kesempatan untuk menyiapkan tempat bagi ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sekitar Stadion Manahan.
Hingga saat ini, Pemkot belum memiliki solusi untuk para PKL tersebut. Pemkot sempat menawarkan untuk membangun shelter di sekitar Stadion Sriwedari. Namun para PKL menolak tawaran tersebut karena dinilai kurang representatif. Selain tempatnya yang kurang strategis, shelter yang disediakan Pemkot dinilai terlalu sempit.
"Nah, untuk para PKL bisa nyicil ayem dulu. Tidak usah pindah dulu. Kita akan carikan tempat yang betul-betul layak," katanya.
Meski demikian, bukan berarti penundaan Piala Dunia U-20 tidak punya sisi negatif. Menurut Rudy, penundaan tersebut akan menambah pengeluaran Pemkot. Pasalnya, Pemkot harus mengeluarkan biaya perawatan Stadion Manahan dan lima lapangan pendukung lainnya. Perawatan lapangan tersebut harus dilaksanakan sesuai standar FIFA.
"Yang sekarang kan dibuat sesuai Standar FIFA. Tentunya Perawatannya harus pakai standar FIFA juga. Sehingga beban Pemkot bertambah harus merawat lapangan ini. Tapi tidak masalah," katanya.
Hingga saat ini, kawasan inti Stadion Manahan sudah selesai dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Kemenpu-PR). Sementara lima lapangan pendukung lainnya masih dalam tahap pengerjaan. Rudy berharap Pemerintah Pusat menuntaskan penataan lapangan tersebut meski Piala Dunia U-20 ditunda.
"Ini kan masih proses. Beberapa sudah mau selesai. Ya saya minta Pemerintah Pusat tidak menghentikan walaupun Piala Dunianya ditunda," katanya.
(syd/pmg)